REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan Islam di Indonesia merupakan hutang besar dari India. Dimulai dari penyebaran Islam pada zaman perdagangan di abad ke tujuh.
“Dalam kesejarahannya, kami umat Islam Indonesia sangat-sangat berutang besar kepada Islam India," ujar anggota Dewan Perwakilan Derah (DPD) RI Andi Mappetahang Fatwa pada saat menyambut kedatangan Wakil Presiden India Mohammad Hamid Ansari di Gedung Parlemen, belum lama ini.
Melalui keterangan yang diterima Republika, pada abad ketujuh pedagang Gujarat bersama pedagang Arab dan Persia singgah ke Indonesia. Mereka tidak hanya berdagang, tapi juga membawa kebudayaan Islam.
Bekas kedatangan orang-orang India itu adalah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara, yakni Kesultanan Pasai, sekitar abad ke-13 setelah kehancuran kerajaan Sriwijaya. Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, terletak di pesisir pantai utara Sumatera.
Bukti kontribusi lain dari kedatangan India adalah kontribusi Ahmad Hassan dengan pemikiran-pemikirannya kritis dalam menafsirkan nash (teks) Alquran dan Hadits. Ulama pembaharu ini berasal dari India selatan.
Ahli tafsir asal India itu bersahabat dengan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang dikenal dengan nama HOS Cokroaminoto, seorang guru politik Sukarno.
“Beliau (Ahmad Hassan) adalah guru agama, seorang founding fathers Indonesia, Sukarno," ujarnya.
Menurut anggota DPD perwakilan DKI Jakarta, peninggalan Islam di India sangat luar biasa seperti Taj Mahal, sebuah monumen di Agra, yang dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shah Jahan, anak Jahangir, sebagai musoleum untuk isteri Persia-nya, Arjumand Banu Begum. Sumbangan peradaban Islam yang menjadi tujuh keajaiban di dunia.
Ia juga merasa sangat bangga kepada Mohammad Hamid Ansari karena menjadi perwakilan umat Islam India. Mohammad Hamid Ansari dapat menjadi wakil presiden yang juga kaum intelektual.