Selasa 28 Dec 2010 18:00 WIB

Mualaf Sarah Joseph: Bagai Asiyah di Rumah Fir'aun

Sarah Joseph bersama para stafnya yang sebagian besar pria
Foto: emel
Sarah Joseph bersama para stafnya yang sebagian besar pria

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Islam saat ini, kata Sarah Joseph, seorang editor, telah diputarbalikkan. Banyak informasi tentang Islam yang jauh panggang dari api. "Kalau saya membaca selebaran tentang Islam, mungkin saya tak ingin masuk Islam. Saya tertarik pada Islam setelah membaca Alquran dan hadis," katanya salah satu pendiri majalah Emel ini.

Sarah adalah seorang Muslimah Inggris yang memeluk Agama Allah bukan dari jalur keturunan dan keluarga. Wanita yang kini berusia 33 tahun itu mulai mempelajari islam dan bersyahadat di usianya yang sangat belia, 16 tahun. Rasa penasarannyah yang menuntunnya membaca banyak literatur keislaman.

Sebelum memutuskan berislam, ia menghabiskan satu tahun untuk menyelami Alquran dan hadis. Berbeda dengan beberapa teman mualafnya, di awal belajar Islam, dia justru menghindari untuk bertemu dengan sesama Muslim atau mereka yang telah bertukar agama menjadi Muslim sebelumnya. Ia ingin kesadaran berislam tumbuh dari dalam dirinya, bukan karena pengaruh orang lain.

"Saya  terkesan oleh karakter luar biasa, kesabaran, kejujuran dan integritas dari yang mulia Nabi Muhammad (SAW). Ketika Beliau memutuskan menjadi  'pencari kebenaran' yang tulus dalam arti sebenarnya dari kata tersebut, maka Allah, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, membimbingnya ke  jalan yang lurus," ujarnya sambil menyebut kutipan  Alquran surat Asy-syuara (42) ayat 52.

Satu lagi, dia terkesan bagaimana Islam membangun kesetaraan antara pria dan wanita. "Tokoh seperti Khadijah, Aisyah, Sumayy,a dan Nusayba - semoga Allah senang dengan mereka semua - berjuang bersama saudara-saudara mereka dalam Islam untuk menciptakan masyarakat yang adil dan yang takut akan Allah," katanya.  Para pria dan wanita dalam masyarakat Madinah, katanya,  berjuang bersama-sama untuk Allah.

Sarah Joseph kini dikenal sebagai penulis, penyiar, dan dosen mata kuliah tentang Islam baik di Inggris dan di dunia internasional. Ia dibesarkan dalam keluarga katholik taat dan terpelajar.

Ibunya, Valerie Askew, sukses menjalankan Askew's Modelling Agency, sebuah agensi modeling. Ayahnya seorang akuntan Inggris ternama.

Tentang masa lalunya, ia enggan bercerita banyak. Ia hanya menyatakan, "Saya tumbuh di dunia dimana semua orang ramping dan indah."

Sarah dididik di St George’s School, Hanover Square, Mayfair and St Thomas More School, Sloane Square, Chelsea. Gelar sarjana muda diraihnya dari  Department of Theology and Religious Studies, King’s College London.

Ia menyatakan tidak menyukai dikotomi Barat-Timur atau negara Muslim-Kafir. "Orang dapat mengatakan bahwa saya datang dari rumah Firaun, tetapi bukankah di rumah Firaun ada istri Firaun, seorang wanita saleh, yang melihat kebenaran dan mereka mengikutinya, walaupun Firaun mengancam mereka dengan penyiksaan dan kematian. Dan tentu saja, ada Musa, yang juga ditempatkan di rumah Firaun oleh Allah, untuk kemudian dipanggil untuk menyebarkan pesan-Nya," ujarnya.

Ia menyebut 'rumah'-nya, Inggris, memiliki orang-orang saleh dan baik di dalamnya. Juga orang-orang yang, jika terkena kebenaran, akan mengikutinya. "Kebenaran mungkin sekarang terselubungi dan tersembunyi dari mereka. Dan bukan hanya oleh media, tapi juga oleh umat islam sendiri yang menyembunyikan pesan Allah dalam budaya dan tradisi mereka yang tak islami, dan dalam kemarahan mereka," tambahnya.

Kini, melalui majalah gaya hidup Muslimah, Emel, ia menyebarkan pesan-pesan damai Islam. Di sisi lain, ia juga "mendandani" Muslimah untuk bisa menjadi humas bagi agamanya. "Islam itu indah. Tugas kita menyingkap keindahan Islam dan menjadi rahmat bagi semua," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement