Selasa 15 Mar 2011 07:10 WIB

Diawali dari Mimpi, Ahmad Naga Kusnadi Pun Menuju Islam

Rep: Mg14/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ahmad Naga Kusnadi
Foto: Fian Firatmaja
Ahmad Naga Kusnadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bila ia tak mendapat mimpi itu saat SMP, tak pernah terlintas dalam benak Ahmad Naga Kunadi, 34 tahun, untuk memeluk Islam. Selain faktor garis keturunan, dalam keluarga pria Tiong Hoa itu pun tak ada yang beragama Islam. Semua menganut keyakinan Kong Hu Chu, termasuk dirinya.

Namun, sebuah peristiwa--yang semula ia anggap aneh--dalam hidupnya, membuat Naga mulai tertarik Islam. Ia mendapat mimpi yang menyeramkan. Dalam mimpi, ia melihat api mengelilingi manusia yang tergantung di paku bumi. Begitu terbangun, ia merasa ketakutan.

“Saya menyaksikan manusia-manusia digantung di sebuah paku bumi dan di kelilingi oleh api yang sangat besar”, tutur Naga. Seusai mendapat mimpi Naga mengalami demam selama tiga hari. Padahal sebelum itu kondisinya sehat-sehat saja.

Naga mencoba mengabaikan mimpi itu. Selain menyeramkan, ia juga tak mampu menafsirkan apa arti mimpi tersebut. Waktu berjalan, hingga suatu hari, ketika sudah di SMA, ia menjumpai kejadian yang mengingatkan dirinya lagi terhadap mimpi tersebut.

Sewaktu ia berjalan di sebuah toko buku, ia tiba-tiba berkeinginan untuk berhenti rak bagian Islam dan mengambil Al-Quran. Ia pun membuka dan membaca sebuah tafsir Al Quran beserta terjemahannya.

Tak bisa membaca tulisan Arab,ia pun hanya membaca teks terjemahannya saja. Membuka halaman secara acak, ia berhenti di surat Al-Humazah. Ia sangat terkejut menemukan arti terjemahan potongan surat tersebut sama persis dengan gambaran mimpi yang dia alami dulu.

”Terdapat api yang membakar dan kamu lihat mereka di ikat di tiang yang panjang” Ucap Naga saat menjelaskan artian dari surat yang ia baca. Ia terheran-heran mengapa mimpinya dulu bisa ada dalam Al-Quran.

Dari sini lah Naga tertarik mengetahui Islam. Setelah kejadian ini, ia mulai sering berdiskusi dengan teman-teman Muslimnya. Tak sebatas berdiskusi dengan temannya, ia pun mencari tahu mengenai Islam dari buku-buku tentang islam.

Tapi ia tak merasa cukup dengan informasi yang ia peroleh. Banyaknya persepsi islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia membuat informasi serba simpang siur. Meski demikian, dorongan rasa ingin tahun terhadap Islam malah kian besar. Alasan lain, ia masih belum memahami mengapa arti mimpinya bisa ada dalam Al Qur'an.

Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti pengajian di Masjid. Sayangnya ada sedikit kendala. Ada pandangan yang mengatakan mereka yangbelum di khitan tak boleh masuk masjid. Naga yang berkeyakinan Kong Hu Cu tentu saja belum dikhitan.

Tapi itu tak mengendurkan semangatnya untuk terus memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Ia pun mengikuti pengajian dari luar masjid. Tak hanya mencatat dan mendengarkan, ia bahkan mencegat Ustadz pengajian tersebut untuk meminta mengajarkan dan mengenalkan islam pada dirinya.

“Saya pun rela mengunjungi rumah ustadz tersebut untuk mengajari saya di rumahnya” papar Naga. Dari ustadz tersebutlah Naga bisa mendapatkan ilmu tentang islam. Naga juga tahu bahwa mimpi tersebut adalah gambaran mengenai neraka dan mengapa mimpi itu bisa sama seperti di Al-Quran kemungkinan adalah sebuah hidayah untuk dirinya.

Tapi, ketertarikan Naga terhadap Islam tak disambut baik oleh keluarganya. Mengetahui ia mulai belajar Islam, mereka mulai mengambil jarak. Ia juga mendapat tekanan untuk menghentikan kegiatanya tersebut. Hubungan Naga dengan keluarganya juga semakin rengang

Tekad Naga yang sudah bulat mendorongnya maju terus dengan pendiriannya. Selepas dari bangku SMA, ia memutuskan untuk tinggal di sebuah mess. Kebetulan ia langsung mendapatkan pekerjaan begitu lulus.

Dua hari libur kerja, dimanfaatkan betul oleh Naga untuk mempelajari Islam. Saat Sabtu dan Minggu ia kerap mengisi dengan kegiatan mengaji dan membaca-baca buku.

“Setiap ada pangajian di hari Sabtu atau Minggu, saya pasti mengikuti pengajian tersebut. Selain itu saya juga sering ke toko buku untuk mencari buku yang bersikan pengetahuan islam," kata Naga.

Setelah lama belajar tentang islam, Akhirnya ia mulai sedikit demi sedikit mengikuti anjuran Islam. Hal pertama yang ia lakukan adalah melakukan khitan. Tepat pada usia 22 tahun ia dikhitan. Walau boleh dibilang terlambat, Naga tetap melakukan itu.

Ia beranggapan khitan juga baik untuk kesehatan. “Andai nanti saya tak masuk Islam pun, khitan kan juga baik untuk kesehatan”. Ujar Naga.

Dalam pencarian tentang Islam, ia menemukan Masjid Lautze di daerah Pasar Baru, Jakarta. Di masjid itu juga sempat mengikuti pengajian. Ia terus memperdalam Islam di masjid tersebut hingga akhirnya tahun 2002 ia memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid ini.

Begitu masuk Islam, ia mengaku merasakan keindahan yang tak ada taranya. Ia merasakan bahagia yang tak mampu diucapkan dalam kata-kata.

“Semua tahu kalau gula itu manis, tapi untuk menjelaskan kenapa gula itu manis itu sulit. Seperti itulah gambaran saya mengenai bahagianya masuk islam, saya tak bisa jelaskan rasa bahagia tersebut," tutur Naga.

Kengininan untuk mendalami Islam tak berhenti sampai di sini. Setelah resmi menjadi Muslim ia sering beraktivitas di Masjid Lautze. Bahkan kini Naga ikut membantu mengurus kegiatan pengajian muallaf di Masjid tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement