REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Sebuah riset di Eropa menyebutkan jumlah mualaf perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki. Meski demikian, riset yang dilansir oleh Christian Science Monitor beberapa waktu lalu itu tidak menyebut angka statistik yang pasti.
Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dr Amany Lubis, menuturkan secara umum perempuan mualaf memeluk Islam didasarkan atas dua hal, yakni Islam memberikan jaminan keseteraan hak dan penghargaan terhadap perempuan. “Kedua hal ini merupakan daya tarik yang besar bagi mereka. Sebabnya, mereka tidak ragu untuk memeluk Islam,” kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (6/5).
Namun, yang menjadi catatan lain Amany soal tren mualaf perempuan adalah keaktifan mereka saat mendalami Islam. Menurut dia, dalam sejumlah kasus banyak perempuan yang selain mendapatkan dukungan dari dirinya sendiri juga mendapatkan dukungan dari keluarganya. Kendati keluarga mereka tidak memeluk Islam.
“Dari berbagai kasus, ada keluarga yang mensyaratkan kepada anak perempuan mereka saat berpindah agama untuk mendalami agama yang dipilihnya. Kondisi itu menjadi motivasi mereka,” papar dia. Sekalipun tidak didukung, Amany menambahkan, mualaf perempuan akan terus melanjutkan usahanya untuk mendalami Islam dengan konsekuensi tertentu.
Keaktifan itu, kata Amany, juga merujuk pada posisi perempuan sebagai calon ibu yang tentu berpikir bahwa mereka perlu memperkuat iman mereka sebagai bekal mendidik keimanan buah hatinya.”Sudah menjadi fitrah buat kaum perempuan untuk membina keluarga dan mendidik anak-anak mereka,” kata dia.
Disinggung apakah keaktifan itu lantaran banyaknya waktu luang, Amany tidak sependapat. Menurut dia, perempuan itu cerdas. Mereka akan memanfaatkan waktu yang demikian sempit untuk bisa mendalami Islam. Jadi, kata Amany, kendati tidak ada waktu luang, perempuan bisa mencari celah. “Mereka bisa jadi sibuk. Namun, ketika niatan mendalami Islam sudah terpatri maka mereka tetap mendalami Islam,” pungkas dia.