REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Satu abad berlalu. Tantangan Muhammadiyah dinilai tak akan lebih mudah. Hal ini lantaran memasuki abad kedua, Muhammadiyah bakal menghadapi perang intelektual.
''Kalau pemimpin pasti akan terpilih dalam Muktamar, tapi yang lebih penting program Muhammadiyah abad kedua dalam menghadapi tantangan alam pikiran. Tantangan itu adalah perang intelektual untuk menekuk umat beragama,'' ujar penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Amien Rais, di Yogyakarta, Selasa (29/6).
Dijelaskan Amien, perang intelektual tersebut akan menyerang malalui lima cara. Penyesatan umat dengan pikiran-pikiran yang bertentangan dengan ajaran agama, ungkapnya, menjadi cara pertama. Setelah penyesatan, cara kedua dalam perang tersebut adalah memandang ajaran agama tidak secara utuh. ''Agama hanya dilihat baik di sebagian ajaran, sementara di bagian lain dianggap buruk,'' jelasnya.
Ajaran agama, lanjut Amien, juga akan ditambah dengan nilai-nilai dari luar. Dengan cara tersebut, ujarnya, agama akan menjadi sangat cair dalam menanggapi fenomena yang ada. ''Nilai agama dikawinkan dengan nilai-nilai luar seperti humanisme sehingga agama bisa menjadi sangat cair. Ini akan membuat agama tak lagi mampu membendung arus dari luar,'' katanya mengingatkan.
Selain itu, westernisasi akan menjadi cara selanjutnya dalam menghancurkan umat beragama. Cara ini menurut Amien dilakukan dengan menyebarkan nilai-nilai sekuler. Sementara yang terakhir, menurutnya, adalah cara yang paling ekstrim yakni peralihan agama.
Tantangan tersebut, dinilai Amien, berbeda dengan tantangan Muhammadiyah pada zaman Ahmad Dahlan. Oleh karena itu, tugas Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan semakin berat. ''Tantangan sekarang lebih berat dibandingkan dengan zaman Ahmad Dahlan. Dulu (tantangan) masih sederhana, tidak banyak tantangan kultural,'' ujarnya.