Senin 05 Jul 2010 02:21 WIB

Saatnya, Muhammadiyah Bebas dari Politik Praktis

Rep: yoebal ganesha/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Alumni Ikatan Pelajar Muhammadiyah/Ikatan Remaja Muhammadiyah (IPM/IRM) berharap ke depan Muhammadiyah, bisa secara sungguh-sungguh bisa melepaskan diri dari godaan untuk terlibat dalam politik praktis.

Harapan serupa juga tertuju bagi semua pengurus PP Muhammadiyah yang terpilih dalam Muktamar ke-46 ini.

''Politik praktis hanya akan berdampak memecah belah Muhammadiyah saja, begitu juga akan mempengaruhi hubungan Muhammadiyah dengan organsisasi kemasyarakatan lainnya.,'' kata Syahrial Suandi, Koordinator Nasional Alumni IPM/IRM, Ahad (4/7)

Suandi ini dulu menjabat wakil bendahara PP IPM 1986-1989. Ia berbicara dalam acara silaturahim alumni IPM/IRM, di Bantul, Sabtu. Acara ini digelar berkaitan dengan penyelenggaran Muktamar IPM ke-17.

Acara juga juga dihadiri Ketua Otorita Muktamar Muhammadiyah Bantul, Drs Sahari. Ia adalah kepala Dinas Pendidikan Dasar Bantul dan juga alumni IPM.

Dengan segala potensi yang besar yang dimiliki Muhammadiyah dan warganya, Suandi mengatakan selama ini begitu banyak elite politik berusaha mendekati Muhammadiyah. ''Semuanya, tentunya untuk kepentingan politik masing-masing elit politik tersebut.''

Suandi mengingatkan politik praktis hanya akan mengkerdilan Muhammadiyah, karena kepentingan politik tersebut biasanya selalu berhubungan dengan kepentingan sesaat yang gampang berubah-ubah.

Ia berharap pemimpin terpilih dalam Muktamar Yogyakarta minimal memiliki kekuatan ideologi seperti yang dimiliki tokoh AR Fachruddin. ''Godaan ada, tapi beliau mampu mengendalikan syahwat politik yang melenakan,'' tegas Suandi.

Menurutnya, sosok AR Fachruddin adalah pemimpin Muhammadiyah yang kuat ideologi karena menerapkan konsep ''nilai''. ''IPM juga jangan menjadi sarana politik, tetap harus berpegang pada kesadaran sebagai sarana dakwah dan menjadi pelopor gerakan pelajar Islam,'' tegasnya.

Suandi mengatakan keterlibatan dalam permainan politik hanya akan menjadikan Muhammadiyah terkotak-kotak. ''Pemain politik yang menjadi pengurus Muhammadiyah bisa saja bermain di dalam organisasi untuk memperkuat basis pemilihnya.''

Ia juga menyatakan saat ini asset Muhammadiyah telah mencapai triliunan rupiah. ''Jika aset tersebut dikuasai oleh pemain politik, maka sangat berbahaya untuk Muhammadiyah,'' katanya.

Suandi sendiri menilai bahwa IPM sebagai organisasi tempat pengkaderan warga Muhammadiyah sudah berjalan baik. Secara organisasi IPM juga sudah berjalan dengan sistematis dan melalui proses yang bagus.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement