REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Sandal jepit dan songkok masih tetap melekat bagi warga Muhammadiyah yang mengikuti muktamar seabad organisasi Islam besar di Tanah Air tersebut. Coba lihat, betapa sederhananya peserta muktamar ketika menghadiri pembukaan kegiatan tersebut.
Bagi para penggembira, bahkan masih banyak yang datang dengan mengenakan sandal jepit dan pakaian sederhana. Berbaju batik dan songkok hitam lusuh, membawa plastik kresek berisi minuman air putih dalam plastik kemasan menjadi pemandangan menarik sepanjang hari pertama dan kedua Muktamar Seabad Muhammadiyah di Yogyakarta.
Pemandangan para pengembira yang berjalan bergerombolan di trotoar jalan di seputar arerna Muktamar juga memberikan gambaran bahwa mereka adalah umat Muslim yang antusias memberi perhatian terhadap organisasi Islam tertua di Indonesia itu. Berjalan terseok-seok sambil menggendong anak, mengenakan sandal jepit dan songkok yang dikenakan miring, mereka berjalan bergerombol di tepi jalan.
Kadang mereka berhenti di tempat agak lapang. Kadang pula mereka berjalan sambil membicarakan pidato Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, saat pembukaan. Menggunakan bahasa daerah, para penggembira itu ada yang merasa kagum dengan pidato Din Syamsudin.
Mereka menganggap pidato ketua umum tak kalah dengan seorang menteri. Ada pula yang menyebut, ''Itu pidato orang gedean, memang begitu.''
Para penggembira itu sebetulnya tak mengetahui persis substansi pidato Din. Namun, di antara mereka terutama para orangtua, terlontar ucapan rasa kagum bahwa pemimpin Muhammadiyah, yang ketika berpidato mengenakan songkok hitam, punya daya pikat seperti Presiden RI pertama, Soekarno.