REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jamaah Dzikir Nasional Republika 2010 mulai mendatangi Masjid At-Tin, Kompleks Taman Mini, Jakarta, Jum'at (31/12). Rata-rata dari mereka datang bersama sanak keluarga maupun rombongan majelis taklim se-Jabodetabek.
Berdasarkan pantauan pada pukul 17.30, para jamaah sudah mempersiapkan diri untuk menggelar sajadah ataupun tembikar untuk menjadi alas mereka ketika acara dzikir berlangsung. Adapula yang masih menunggu kerabat yang belum datang. Sebagian yang lain ketika datang melihat-lihat dahulu bazar yang tersedia di samping masjid.
Mak Idah, warga Pasar Kemiri, Depok, rombongan Majelis Taklim As-Syafi'-iyah, Tebet, Jakarta Selatan misalnya. Dia terlambat datang padahal rombongannya sudah datang lebih awal. Dia mengaku kali pertama kali datang ke acara Dzikir Nasional Republika. Sebelumnya, ia hanya menghadiri majelis taklim di rumahnya."Saya kira acaranya mulai sore hari. Jadi, saya terlambat," katanya. Mak Idah pun mulai mencari posisi.
Lain Mak Idah, lain pula dengan Lena, warga Depok. Dia tiba di At-Tin pukul 17.00 WIB. Dia datang bersama anaknya Angel. Lena mengaku dirinya sudah sembilan kali datang ke acara Dzikir Nasional Republika. Menurut dia acara ini sangat tepat guna menyemarakan pergantian tahun."Daripada hura-hura, kan lebih baik ikutan dzikir," kata Lena yang mengaku menganggumi ustad Arifin Ilham.
Lena bersama si anak sudah menempati bagian luar masjid At-Tin. Dia sengaja memilih duduk dekat pengeras suara dan layar besar. Dengan begitu dia bisa mendengar panduan berdzikir dari Ustad Arifin Ilham. "Selain itu mas, saya bisa sekalian melihat kembang api di Taman Mini ketika jam 12.00 nanti. Dzikir sembari melihat kembang api apa kurang seru tuh mas," katanya sembari tersenyum.
Acara Dzikir Nasional Republika telah dibuka semenjak pukul 10.00 WIB. Sebelum acara puncak yang dimulai pukul 19.00 WIB, acara Dzikir Nasional dimulai dengan acara bazar, pengajian dan ragam kegiatan lainnya. Untuk acara puncak, dijadwalkan hadir Menteri Agama, Suryadarma Ali, dan sejumlah tokoh nasional, pejabat negara, ulama serta pimpinan Badan Usaha Milik Negara.