Rabu 09 Jun 2010 23:44 WIB

Secangkir Kopi tak Akan Usir Kantuk, Masa Sih?

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Seorang pria menguap. Kopi dibantah oleh peneliti sebagai penangkal kantuk.
Foto: corbis
Seorang pria menguap. Kopi dibantah oleh peneliti sebagai penangkal kantuk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebagian besar masyarakat percaya bahwa secangkir kopi mampu menghilangkan rasa kantuk. Namun, hal itu dibantah oleh peneliti, baru-baru ini.

Menurut mereka, kafein dalam kopi hanya berfungsi merangsang semacam ilusi kepada otak untuk tidak mengantuk. Tetapi, efek itu tidak akan berpengaruh signifikan bila hanya meminum secangkir kopi.

Peter Rogers, peneliti dari Bristol University mengatakan hasil riset pihaknya mengungkap bahwa masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari mengkonsumsi minuman mengandung kafein. Walapun, kita selalu diperingatkan tentang efek kafein tapi tetap saja kita percaya dengan mengkonsumsi kafein segala sesuatu akan kembali normal.

"Disisi lain, kafein dapat meningkatkan rasa gelisah. Sayangnya, banyak penikmat kopi yang mengabaikan efek ini," tukasnya seprti dikutip dari dailymail, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, peneliti melibatkan 379 partisipan yang tidak mengonsumsi kopi selama 16 jam sebelum akhir mengkonsumsi kopi atau obat-obatan anti kantuk.  Lebih dari setengah partisipan mengonsumsi sedikit atau bahkan jarang minuman berkafein.

Keseluruhan partisipan kemudian ditanyakan tingkat kegelisahan dan konsentrasi serta rasa pusing sebelum dan sesudah diberikan kopi atau obat. Peneliti juga memberikan semacam tes kepada partisipan. Tes yang dimaksud untuk mengetahui kemampuan daya ingat, konsetrasi dan tingkat awas dari partisipan.

Hasilnya, peneliti mendapatkan sedikit perbedaan pada setiap partisipan. Partisipan yang mengkonsumsi kafein pada level menengah dan tinggi diketahui mengalami penurunan konsetrasi dan peningkatan sakit kepala atau pusing. Efek sebaliknya justru diterima patisipan yang tidak atau sedikit mengkonsumsi kafein.

Meski demikian, tingkat kewaspadaan partisipan yang mengkonsumsi kafein tidak berbeda dengan partisipan yang mengkonsumsi obat. Hal ini menunjukan kafein hanya membawa penikmat kopi pada kondisi biasa.

Peneliti juga mengungkap  temuan mereka bisa berlaku pula pada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka bergantung pada secangkir teh dipagi hari untuk mendapatkan optimalisasi kinerja otak mereka.

Selain itu, mereka juga menemukan individu yang memiliki kelainan genetik seperti mudah gelisah tidak akan terpengaruh ketika mereka menikmati kopi. Bahkan, individu dengan varian gen yang terkait dengan kecemasan cenderung lebih sedikit mengkonsumsi kopi ketimbang mereka yang tidak memiliki kelainan genetik.

Secara terpisah, Dr Euan Paulus, direktur eksekutif Asosiasi Kopi Inggris atau British Coffee Association, mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan guna melihat bagaimana hasil penelitian ini dapat mempengaruhi populasi yang lebih luas.

"Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa kadar kafein yang bertindak sebagai stimulan pada sistem syaraf pusat tidak meningkatkan kewaspadaan, "katanya.

Menurutnya efek tersebut juga ditemukan pada pekerja shift malam, atau mereka yang harus bangun pagi-pagi. Kata dia, efek itu juga ditemukan pada pekerja yang mengharuskan memiliki tingkat waspada dan kosentrasi tinggi.

"Kopi bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, empat atau lima cangkir per hari cenderung aman. Khusus wanita hamil harus memperhatikan saran yang diberikan oleh dokter dan membatasi asupan kafein untuk 200mg per hari dari semua sumber kafein,' tukasnya.

Perlu diketahui, secangkir kopi mengandung 60-100 mg kafein, pada teh mengandung 30-110 mg kafein, minuman kopi olahan seperti latte atau esperesso mengandung kafein 90-200 mg dan 55 gram coklat mengandung 40-50 mg kafein.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement