REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Studi tahun 1998 menyebutkan, sejumlah vaksin ditengarai menjadi penyebab autisme pada bayi yang mendapatkannya. Salah satu yang disebut-sebut adalah vaksinasi MMR untuk mencegah gondok, campak, dan rubella. Namun belakangan, hasil menelitian itu ditarik kembali oleh lembaga yang menelitinya.
Baru-baru ini, British Medical Journal menyebut hasil penelitian itu sebagai "penipuan yang rumit". Menurut mereka, banyak konflik kepentingan dalam penelitian itu dan perlakuan tidak etis dari pasien.
'Penelitian itu sebenarnya merupakan penipuan yang rumit, " kata BMJ dalam sebuah editorial. Ia menuding peneliti utama Andrew Wakefielddan konsultan di gastro-enterology eksperimental di London's Royal Free Hospital sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
Wakefield dan timnya menyebut mereka telah menemukan sebuah 'sindrom baru' penyakit autisme dan usus di antara 12 anak-anak. Mereka terbukti punya link dengan vaksin MMR, yang kata mereka telah diberikan kepada delapan anak-anak lama sebelum gejala muncul.
Ilmuwan lain mengingatkan penelitian itu hanya di antara sekelompok kecil, dan penelitian yang dilakukan tanpa sampel kontrol untuk pembanding. Selain itu, tanggal saat gejala muncul didasarkan pada ingat orang tua, yang secara ilmiah tentu saja tidak dapat diandalkan. Selain itu, hasil penelitian tak pernah direplikasi.
Tapi kontroversi itu telah membuat banyak orang tua memboikot vaksinasi MMR bagi anaknya. Tak hanya di Inggris, kegelisahan juga bergema di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Ratusan ribu anak-anak di Inggris sekarang tak terlindungi dari ketiga penyakit yang semestinya bisa dicegah dengan vaksinasi MMR itu, kata BMJ. Pada tahun yang sama dengan rilis penelitian itu, campak dinyatakan endemis di Inggris, atau hadir dalam populasi yang lebih luas seperti cacar air di Inggris dan Wales.