Rabu 04 Jan 2012 14:32 WIB

Penderita Leptospirosis di Jateng Meningkat, Warga Diminta Waspada

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Chairul Akhmad
Leptospirosis (ilustrasi).
Foto: infokedokteran.com
Leptospirosis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Warga diminta waspada terhadap penyakit leptospirosis yang kian menjangkit, terlebih lagi memasuki musim penghujan saat ini. Pasalnya, korban meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis di Jawa Tengah meningkat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tercatat pada 2010, 133 warga teserang bakteri leptospira, 14 diantaranya meninggal dunia. Sementara 2011, terjadi peningkatan.

“Sebanyak 155 warga terkena leptospirosis, yang meninggal 23 orang,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Jateng, Djoko Mardijanto, saat ditemui usai rapat koordinasi dengan Komisi E di DPRD Jateng, Rabu (4/1).

Korban meninggal dunia terbanyak terjadi di Kota Semarang. Dari jumlah korban meninggal pada 2011, sebanyak 21 diantaranya merupakan warga yang berdomisili di Semarang. Hingga November 2011, tercacatat 67 kasus leptospirosis menjangkiti Kota Semarang.

"Memang jumlah ini turun dibanding kasus leptospirosis tahun sebelumnya sebanyak 71 kasus. Meski demikian, jumlah meninggal dunia akibat penyakit ini meningkat drastis. Pada 2010, korban leptospira yang meninggal dunia enam orang,” kata Djoko.

Di Kota Semarang, bukan hanya warga yang tinggal di daerah banjir saja yang terjangkit leptospirosis. Pasalnya, penyakit yang diakibatkan oleh kencing tikus ini pun menjangkit kawasan yang tidak rawan banjir. Warga yang tinggal di Gunung Pati dan Banyumanik yang notabenenya tidak terkena banjir juga tak luput dari penyakit ini.

Meski tidak tinggal di daerah banjir, namun warga di kedua kawasan tersebut bekerja di kawasan Semarang Utara yang merupakan langganan banjir. Inilah yang menyebabkan leptospirosis meluas. Penyakit ini juga terjadi di beberapa daerah di Jateng seperti Klaten, Demak, Purworejo, Pati, Wonogiri, Cilacap dan Jepara.

Gejala leptospirosis hampir sama dengan gejala demam berdarah seperti demam, nyeri di bagian betis dan punggung, serta ada kemerahan di bola mata. Gejala ini sering mengelabui penderita sehingga penanganannya pun terlambat.

Padahal, kata Djoko, penanganan leptospirosis tidaklah sulit, cukup hanya dengan amocycylin. Namun jika terlambat, inilah yang menjadi masalah. “Kalau sudah parah, hanya bisa bertahan sekitar empat hari, setelah itu meninggal dunia,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement