REPUBLIKA.CO.ID, Ginjal memiliki peranan penting dalam sistem metabolisme tubuh manusia. Selain menjadi organ penyaring racun dan zat-zat sisa dalam darah, ginjal juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan volume dan komposisi cairan tubuh, mengatur keseimbangan asam-basa, konsentrasi elektrolit, dan pengaturan tekanan darah.
Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), Dharmeizar, menilai terlalu banyak mengonsumsi protein juga dapat mengganggu kerja ginjal. Protein bisa menyebabkan kerja ginjal lebih berat. “Protein ini akan dipecah menjadi sitrat, yang nanti bisa menumpuk menjadi batu ginjal,” katanya di sela-sela acara Media Gathering Peringatan World Kidney Day di Jakarta, Selasa, (6/3).
Selain protein, aneka jus yang rasanya asam, seperti apel, anggur, dan buah yang terlalu asam, jika dikonsumsi terlalu banyak juga dapat mengendap dan menjadi batu ginjal. “Ada asam khusus di dalamnya yang mudah mengendap di ginjal, yaitu asam jengkolat,” katanya.
Gangguan lain yang menyerang ginjal, dan yang paling parah adalah penyakit ginjal kronis, atau biasa dikenal dengan gagal ginjal, dalam bahasa Inggris Chronic Kidney Diseases (CKD). Dalam gangguan ini, fungsi kerja ginjal menurun perlahan-lahan, dan bahkan sering tidak kita sadari.
Ahli ginjal dari bagian ginjal dan hipertensi, Departemen Penyakit Dalam, FK UI, Parlindungan Siregar, menyebutkan ginjal yang sudah rusak dan sudah terkena penyakit kronis ini baru bisa diketahui setelah tinggal berfungsi 15 persen. “Nantinya tidak pernah bisa normal kembali,” katanya.
Penyebab utama kegagalan fungsi ginjal kronis ini karena orang tersebut menderita hipertensi dan diabetes melitus. Gejala awalnya adalah mudah lelah, penurunan daya konsentrasi dan nafsu makan, gangguan tidur, keram otot, pembengkakan pada kaki dan tumit, kulit menjadi lebih gelap, peningkatan atau penurunan frekuensi berkemih, perasaan gatal, hingga mati rasa.
Frekuensi CKD cenderung terus meningkat setiap tahun di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, penderitanya mencapai 300 ribu. Penelitian di empat kota di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali yang melibatkan sekitar 10 ribu pasien dengan metode Modification Diet in Renal Disease (MDRD), menunjukkan prevalensi CKD sebesar 8,6 persen dari total penduduk Indonesia.
Jika CKD sudah menyerang, biaya pengobatan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa tidak kecil. Upaya penyelamatan yang dilakukan ada tiga. Yaitu dengan hemodialisis atau cuci darah, pemasangan kateter pada tubuh, dan transplantasi ginjal. “Biaya per tahun yang dikeluarkan ratusan juta,” tambahnya.
Perbaiki gaya hidup
Upaya pencegahan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup. Kebiasaan dan pola makan banyak memengaruhi pola kerja ginjal. Tentunya yang paling utama adalah minum air putih minimal 2,5 liter sehari. “Itu bisa meringankan kerja ginjal,” kata ahli gizi dari Departemen Ilmu Gizi FK UI, Saptawati Bardosono.
Air berperan sebagai media eliminasi sisa metabolisme, sedangkan ginjal adalah organ yang berfungsi menyaring darah dan mengeluarkan sisa metabolisme ini. Jika kekurangan air, kinerja ginjal akan menjadi lebih berat. “Hal inilah yang menyebabkan orang yang kurang minum air putih mengalami gangguan ginjal,” tuturnya.
Selain itu, lebih baik mengurangi garam, melakukan olahraga minimal 30 menit setiap hari, jaga kadar gula darah agar tetap stabil, jaga tekanan darah dalam batas normal. Konsumsi makanan sehat dan menjaga berat badan, tidak mengonsumsi obat sembarangan, dan periksakan ginjal secara rutin jika memiliki faktor risiko, seperti hipertensi atau diabetes.
Saran untuk tidak merokok dan mengonsumsi alkohol sebaiknya juga dipertimbangkan. “Rokok mempunyai efek vasokonstriktor, trombosis, dan efek toksik langsung pada endotel vaskuler, yang akan membuat ginjal cepat rusak,” kata Dharmeizar.