REPUBLIKA.CO.ID, Konsumsi gula tambahan berlebih dapat mengancam kualitas gizi dari asupan makanan. Bila berlanjut lama, konsumsi gula berlebih dapat mengancam pertumbuhan anak.
Medical Marketing Manager PT Fonterra Brands, dr Muliaman Mansyur, Jumat (3/8), menjelaskan kandungan gula berlebih pada makanan, yaitu dengan memberikan energi berlebih tanpa diimbangi dengan kandungan nutrisi yang memadai. Beberapa makanan seperti biskuit, coklat dan susu pertumbuhan justru mengandung gula tambahan berlebih.
Jika gula tambahan dikonsumsi secara berlebihan setiap harinya oleh anak, karena kelebihan energi pada tubuh dapat mengakibatkan kegemukan atau obesitas, karies gigi dan membangun kebiasaan pola makan yang kurang baik saat anak-anak beranjak dewasa, ucapnya.
Muliaman mengatakan, berdasarkan kategorinya, jenis gula tambahan adalah sirup jagung padat, sukrosa, dan sirup glukosa padat. Sementara itu karbohidrat yang memiliki indeks glikemik (GI) yang tinggi adalah glukosa dan roti tawar. Indeks glikemik yang sedang, yakni sukrosa dan madu, sedangkan indeks yang rendah adalah fruktosa dan glukosa.
Makanan dengan kandungan karbohidrat olahan yang tinggi seperti gula, tepung-tepungan dan maltodextrins memiliki beban glikemik yang tinggi. Hingga saat ini tingginya angka konsumsi karbohidrat olahan memicu penurunan kualitas nutrisi makanan yang dikonsumsi anak di seluruh dunia, katanya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh J Brand-Miller dan F Atkinson dari University of Sidney, NSW Australia 2011 mengungkapkan bahwa produk yang memiliki kandungan gula tambahan memiliki GI yang lebih tinggi, yakni mulai dari 55-69, sementara yang termasuk dalam kategori rendah GI adalah 55. Susu bubuk tanpa gula tambahan memiliki nilai GI yang sama.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa dari tujuh produk susu tersebut hanya satu produk yang memiliki beban glikemik (GL) yang rendah. Hanya satu produk susu yang diketahui memiliki indeks insulin yang jauh lebih rendah dibanding produk susu dengan kandungan glukosa lainnya, hal ini disebabkan produk tersebut tidak mengandung karbohidrat/gula tambahan.
Dikaitkan dengan kesehatan jiwa anak, dokter spesialis kesehatan jiwa anak Dr Tjhin Wiguna, SpKJ mengatakan, pada anak usia pra-sekolah, kelebihan gula kemungkinan dapat menurunkan kualitas belajar, membuat anak lebih aktif dan agresif. Menambahkan nutrisi yang seimbang dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar dan memperbaiki perilaku, ujarnya.