REPUBLIKA.CO.ID, Selama ini, ahli fertilitas meyakini operasi usus buntu (apendektomi) merupakan salah satu faktor risiko dari kemandulan. Sebuah studi di Inggris belum lama ini muncul menyanggah pendapat tersebut. Seperti dikutip Reuters, para peneliti yang terlibat dalam studi teranyar itu menemukan apendektomi tidak menghilangkan kesempatan perempuan mendapatkan keturunan. Malah, peneliti di Inggris memantau lebih banyak perempuan yang tetap bisa hamil kendati telah diangkat usus buntunya ketimbang mereka yang belum pernah mengalami operasi serupa.
Sementara itu, di Amerika Serikat, satu dari 14 orang berisiko mengalami radang usus buntu pada titik yang sama dalam hidup mereka. Kasusnya lebih sering terjadi pada generasi muda dengan usia sekitar 10 sampai 30 tahun. “Operasi usus buntu dianggap menjadi salah satu pemicu kemandulan lantaran jaringan bekas pembedahannya mungkin saja terlepas dan menempel di saluran indung telur atau membuat sel telur tersangkut dalam perjalanan ke rahim,” papar dokter yang tak terlibat dalam penelitian ini, dr Alan B Copperman, selaku ketua Divisi Reproduksi Endokrinologi, Mount Sinai Medical Center, New York.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, salah seorang peneliti, dr Sami Shimi, mendapati pasienpasien apendektomi banyak yang khawatir akan menjadi mandul. Ahli bedah dari University Dundee, Skotlandia, itu kemudian mempelajari jurnal pendukung pemikiran tersebut. “Ternyata, risetnya sangat lemah.”
Shimi lalu melakukan studi dengan skala yang lebih besar. Dia menggunakan bank data sejumlah pasien. “Begitu kami cermati, kenyataannya bertolak belakang dengan anggapan yang diyakini secara luas.”
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas, Shimi mengintip rekam medis terbesar di dunia, yakni General Practice Research Database, Inggris. Dari situ terlihat lebih dari 76 ribu perempuan yang mengalami operasi usus buntu, 39 persen di antaranya bisa mengandung. Sementara, perempuan yang tidak operasi hanya 28 persen meng alami kehamilan. Kabar ini pernah dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility. “Kami masih akan terus melanjutkan penelitian agar bisa meng ungkap lebih jauh kaitan antara kesuburan dan apendektomi,” papar Shimi.