Selasa 09 Jul 2024 11:30 WIB

Peluang Bayi Tabung Turun 38 Persen, Dampak Buruk Paparan Polusi?

Kualitas udara yang buruk berdampak pada kesuburan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Bayi tabung (ilustrasi). Paparan polusi udara saat pengambilan sel telur dapat signifikan mengurangi peluang keberhasilan transfer melalui bayi tabung.
Foto: Foto : Mardiah
Bayi tabung (ilustrasi). Paparan polusi udara saat pengambilan sel telur dapat signifikan mengurangi peluang keberhasilan transfer melalui bayi tabung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan polusi udara pada saat pengambilan sel telur dapat signifikan mengurangi peluang keberhasilan transfer melalui in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung, demikian menurut studi baru. Penelitian ini mengindikasikan bahwa kualitas udara yang buruk berdampak pada kesuburan pada tahap yang lebih awal dari yang diketahui sebelumnya.

Penelitian ini melibatkan sekitar 1.800 pasien dan 3.700 transfer embrio beku dari 2013 hingga 2021 di Perth, Australia. Para peneliti menganalisis paparan materi partikulat halus di berbagai titik sebelum sel telur pasien dikumpulkan, dan memantau selama kehamilan mereka nantinya.

Baca Juga

Wanita yang memiliki tingkat paparan polutan tertinggi dalam dua pekan sebelum sel telur mereka dikumpulkan memiliki peluang 38 persen lebih rendah untuk melahirkan bayi hidup, dibandingkan dengan wanita yang memiliki tingkat paparan polusi terendah. Paparan yang lebih tinggi dalam tiga bulan sebelum pengambilan sel telur juga menyebabkan peluang kelahiran hidup yang lebih rendah, demikian temuan studi tersebut.

"Temuan ini menunjukkan bahwa polusi berdampak negatif pada kualitas sel telur, tidak hanya pada tahap awal kehamilan, yang merupakan perbedaan yang belum pernah dilaporkan sebelumnya," kata Dr Sebastian Leathersich, penulis utama studi dan fertility specialist di Perth, dilansir Euro News, Selasa (9/7/2024).

Leathersich mencatat kualitas udara selama periode penelitian sangat baik. Tingkat PM2.5, partikulat halus yang terkait dengan gas, minyak, dan bahan bakar diesel, melebihi pedoman internasional hanya pada 4,5 persen hari. Adapun tingkat PM10 yang juga mencakup debu dari tempat pembuangan sampah, pertanian, lokasi industri, dan banyak lagi, melebihi pedoman pada 0,4 persen hari.

"Perubahan iklim merupakan ancaman serius dan langsung terhadap kesehatan reproduksi manusia, bahkan pada tingkat yang dianggap aman," kata Leathersich.

Penelitian ini melengkapi sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat menyebabkan hasil kehamilan yang lebih buruk, termasuk berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur. Polusi udara juga dikaitkan dengan kualitas air mani yang lebih rendah pada pria.

Polusi udara juga memiliki dampak yang lebih luas terhadap kesehatan manusia, terutama masalah pernapasan. Paparan meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru-paru, dan pneumonia, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa polusi udara di dalam dan di luar ruangan menyebabkan hampir 7 juta kematian setiap tahunnya. Leathersich mengatakan bahwa masyarakat dapat menggunakan air purifier, menutup pintu dan jendela rumah pada hari-hari dengan tingkat polusi tinggi, serta menutup jendela mobil saat berkendara di lalu lintas untuk meminimalisasi paparan polusi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement