REPUBLIKA.CO.ID, Selain terasa di pernapasan, dampak abu vulkanik dari letusan gunung memengaruhi pula mata. Abu vulkanik pasalnya tergolong bersifat kasar.
Karena itu masyarakat yang sedang terkena paparan abu vulkanik mengalami ketidaknyamanan atau iritasi selama dan setelah abu turun. Iritasi tersebut terutama terjadi pada mereka yang mengenakan lensa kontak di matanya.
Ciri-ciri ketidaknyamanan pada mata yang mungkin timbul diantaranya mata seperti terkena partikel asing di dalamnya. Kemudian ciri lain adalah mata yang terasa sakit atau gatal.
Mata juga bisa terasa berair, bahkan terasa seperti ingin lepas. Hingga terjadinya kemungkinan abrasi kornea. Ciri lainnya mata yang memerah, mata yang terasa terbakar, hingga photosensitivity. Gejala yanga terakhir bisa terjadi karena conjuctivitis akut atau terjadinya inflamasi pada conjuctival sac yang mengelilingi bola mata.
Khusus bagi mereka yang sebelumnya sudah menderita sindrom mata kering (dry eye syndrome) mungkin pula menderita penyakit mata akibat terpapar abu vulkanik. Namun, seperti dikutip dari laman volcanoes.usgs.gov abu vulkanik belum diketahui memiliki dampak kronik pada mata.
Setelah Gunung Saint Helen meletus di Amerika pada 1980 sebuah penelitian yang dilakukan lewat survei telepon mengindikasinya 4 hingga 8 persen populasi sekitar gunung itu menderita iritasi mata. Tetapi saat itu hanya 1 dari 10 orang yang harus mendapatkan penanganan medis.