REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ari-ari manusia tidak sesteril seperti yang pernah dikira, tapi malah menyimpan sedikit namun bermacam kelompok mikroba yang mungin mempengaruhi jalur kehamilan, kata beberapa peneliti belum lama ini.
Temuan tersebut, yang disiarkan di jurnal AS Science Translational Medicine, mengisyaratkan adanya hubungan antara susunan populasi mikroba di dalam plasenta yang dikenal sebagai microbiome dan kelahiran prematur atau kelahiran bayi dalam usia kurang dari 37 pekan usia kehamilan.
"Setelah kami menyelesaikan studi kami mengenai microbiome vagina saat kehamilan, kami menyatakan bahwa sangat banyak mikroba di vagina seorang ibu bukan yang menjadi populasi microbiome usus bayi," kata penulis utama studi itu Kjersti Aagaard, dalam satu pernyataan baru-baru ini.
"Kami menduga tentu ada sumber lain 'penyemaian' usus bayi saat kelahiran, jadi kami berusaha meneliti plasenta," tambah Asisten Profesor di Baylor College of Medicine di Houston, Texas ini.
Aagaard dan rekannya menggolongkan bakteri pada lebih dari 300 ari-ari dan mendapati pendapat lama keliru bahwa plasenta adalah lingkungan yang steril. "Microbiome ari-ari sedikit dalam hal banyaknya jumlah mikroba tapi buka seseteril yang sebelumnya kita kira," kata Aagard, sebagaimana dikutip Xinhua, Jumat (23/5).
Dari plasenta yang diteliti, Escherichia coli (E coli) adalah spesies dengan jumlah paling banyak pada sebagian besar orang, bakteri yang hidup di dalam usus orang yang paling sehat. Prevotell tannerae (gingival crevices) dan spesies non-patogenik Neisseria (mucosal special surfaces), kedua spesies rongga mulut, juga dideteksi dalam jumlah relatif berlimpah.
"Yang menarik, ketika kami meneliti plasenta secara seksama dalam hubungan dengan banyak tempat lain di tubuh, kami mendapat microbiome plasenta ... tidak terlalu serupa dengan microbiome vagina atau usus, tapi lebih mirip dengan microbiome mulut," kata Aagaard.
Para peneliti tersebut menduga mikroba mulut mungkin menyelinap ke dalam aliran darah ibu dan berakhir di ari-ari. "Temuan itu memiliki implikasi penting pada kemungkinan pentingnya kesehatan mulut selama kehamilan. Itu memperkuat kembali data lama yang berkaitan dengan penyakit gusi hingga resiko kelahiran prematur," papar ilmuwan wanita tersebut.