REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Anda berencana hamil, ada beberapa persiapan penting yang harus Anda jalani. Salah satunya adalah vaksin.
Imunitas Anda adalah lini pertahanan pertama janin dalam menghadapi infeksi-infeksi serius dikutip dari www.parentsindonesia.com.
Vaksin MMR
Vaksin ini berisi antigen virus campak, gondongan, dan rubella atau campak Jerman. Campak meningkatkan risiko keguguran dan persalinan prematur, gondongan belum memiliki keterkaitan dengan masalah selama kehamilan, sedangkan virus rubella liar yang menyerang di awal kehamilan memiliki risiko tinggi menyebabkan congenital rubella syndrome (CRS) pada janin. “Vaksin MMR mengandung virus yang hidup, sehingga tidak direkomendasikan untuk diberikan bagi ibu hamil. Bahkan pada ibu yang mendapat vaksinasi MMR tidak dianjurkan untuk hamil dalam waktu 28 hari setelah mendapat vaksin MMR,” jelas Dr. Fredrico.
Vaksin Varicella
Mengingat efek vaksin varisela pada janin belum diketahui, maka vaksin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil. “Pada wanita yang tidak hamil, setelah mendapat vaksin varisela tidak dianjurkan untuk hamil dulu selama satu bulan ke depan,” ujarnya. Bila ternyata wanita tersebut hamil sebelum masa tersebut, maka dianjurkan untuk menjalani konseling akan kemungkinan kelainan yang dapat timbul. Meskipun demikian, Dr. Fredrico menambahkan, “Varisela dengan tipe yang ganas menunjukkan risiko rendah untuk kelainan pada janin, sehingga diduga bahwa virulensi virus yang digunakan dalam vaksin lebih rendah, maka risiko terhadap janin menjadi lebih rendah lagi.”
Vaksin Hepatitis B
Hepatitis B termasuk dalam kelompok hepatitis virus kronis yang dapat mengakibatkan sirosis hepatis (kerusakan hati) dan kanker hepar dalam jangka panjang. Gejalanya tidak khas dan dapat terjadi penularan pada janin dalam kandungan yang mengakibatkan bayi yang lahir terpapar virus sehingga bayi pada masa tumbuh kembangnya mengalami kerusakan liver. Sebelum hamil, idealnya calon ibu memeriksakan diri untuk memastikan bahwa dirinya tidak terinfeksi dengan virus Hepatitis B. Jika terlanjur, agar bayi yang terpapar tidak menjadi penderita, tindakan yang dilakukan umumnya adalah pemberian vaksinasi hepatitis B sekaligus imunoglobulin hepatitis dalam 12 jam pertama setelah bayi lahir. Jika bayi sudah mendapat imunoglobulin dan vaksinasi maka ibu sudah diperbolehkan menyusui.
Vaksin Typhoid
Penularan typhus bisa berasal dari makanan dan minuman. Dua jenis vaksin ini, yaitu yang berupa vaksin hidup yang dilemahkan (oral) dan vaksin polisakarida, tidak boleh diberikan saat hamil. Vaksin oral yang berisi virus hidup secara teoritis bisa mengakibatkan penularan ke janin, sedangkan vaksin polisakarida belum memiliki data yang membuktikan keamanannya pada janin.
Vaksin HPV
Selain beberapa vaksin di atas, vaksin yang disarankan diberikan kepada semua perempuan sebelum hamil adalah HPV (human papilloma virus). Walaupun belum ada penelitian yang menunjukkan adanya efek negatif bagi ibu ataupun janin, pemberian imunisasi HPV tidak disarankan bagi ibu hamil karena vaksin ini baru diluncurkan, dan masih dalam tahap pengamatan dan pengkajian.
Imunisasi saat hamil juga bisa melindungi bayi yang baru lahir karena bayi mewarisi antibodi yang ditransfer ibu melalui plasenta. Ada dua jenis vaksin yang boleh diberikan kepada ibu hamil. Tentunya tetap dengan memerhatikan syarat dan kondisi tertentu.