REPUBLIKA.CO.ID, Temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tentang pembalut dan pantyliner yang mengandung klorin, yakni bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pemutih, membuat Kaum Hawa khawatir. Kesehatan wanita terancam karena risiko kanker meningkat lewat paparan klorin dari pembalut ke kulit.
Klorin merupakan pemutih yang mengandung zat kimia yang dikenal sebagai dioxin. Dioxin berperan sebagai pemutih pada proses daur ulang.
Dioxin merupakan hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya kertas koran, karton, kardus, serbuk kayu yang didaur ulang dan lain-lain.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan, dr Iswan Syarif, SpOG (KFM), penggunaan pembalut berklorin ini tentu berbahaya bagi wanita yang memakainya. Kemungkinan wanita terjangkit infeksi vagina adalah 83 persen dimana 62 persenya memakai pembalut wanita yang tidak berkualitas.
“Jika infeksi bertambah parah bisa menyebabkan infeksi saluran kemih yang dapat mengganggu kerjanya ginjal,” ungkapnya kepada ROL, Rabu (8/7).
Selanjutnya 62 persen pengguna produk pembalut yang tidak berkualitas akan mengalami kanker mulut rahim. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim nomor satu di dunia.
Sementara di RSCM sebanyak 400 pasien kanker leher rahim baru setiap tahunnya dengan angka kematian akibat kanker serviks sekitar 66 persen. Setiap satu jam ada penambahan penderita kanker mulut rahim di Indonesia.
WHO menyatakan bahwa zat dioxin dapat menyebabkan kanker. Pengaruh dioxin pada rahim terjadi di saat darah haid jatuh ke permukaan pembalut, dioxin kemudian akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap tersebut pertama-tama akan mengenai permukaan vagina, kemudian diserap ke dalam rahim melalui saluran serviks, lalu masuk ke uterus, melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium.
“Sehingga menyebabkan kanker leher rahim, gatal-gatal, myoma dan lainnya,” jelasnya.