REPUBLIKA.CO.ID, Orang tua dengan anak yang hiperaktif tidak boleh asal mengklaim bahwa sang anak menderita ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Hal ini dikarenakan, anak yang hiperaktif juga belum tentu dapat dikategorikan sebagai anak dengan kondisi ADHD. Semua harus didukung oleh beberapa gangguan medis lain yang mempengaruhi otak mereka.
“Maka dari itu, pemeriksaan lebih lanjut dengan psikolog anak penting untuk dilakukan. Agar dokter dapat menangani masalah ini dengan cepat dan tepat, sehingga tidak mengganggu perkembangan akademik sang anak hingga dewasa nanti,” kata psikiater Ciputra Medical Center Jakarta, Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ.
Untuk mengatasi hal ini, para dokter biasanya menyarankan untuk melakukan beberapa jenis terapi psikologis dan edukasi kepada orang tua. Edukasi dari dokter ke orang tua juga dirasa sangat penting, agar orang tua menjadi lebih tahu bagaimana menghadapi dan memberikan pengertian bagi anaknya.
Hal ini tak lain dilakukan karena, anak ADHD sulit untuk berkonsentrasi dan menangkap apa yang disampaikan oleh orang lain. Sehingga baik dokter ke orang tua maupun orang tua ke anak harus telaten dan sabar dalam mengatasi hal tersebut.
“Ada empat terapi ADHD, yakni farmakoterapi (mengontrol aktivitas otak yang kurang dengan memberikan obat-obatan), psikoterapi (membina hubungan dokter-orang tua, terapi keterampilan sosial) serta terapi remedial yang biasanya diberikan pada anak dengan gangguan membaca (dyslexia) maupun akan yang mengalami keterlambatan berbicara,” lanjutnya.
Walaupun anak yang mengalami kondisi ini tidak dapat sembuh total, akan tetapi setidaknya gejala gangguannya dapat diatasi dan berkurang perlahan-lahan. Ini berguna agar sang anak tetap memiliki kualitas hidup serta prestasi yang baik di kemudian hari ketika mereka beranjak dewasa.
Maka, peranan dan kerjasama antara dokter, orang tua maupun guru di sekolah sangat diperlukan guna mengatasi hal tersebut. Sehingga penanganannya dapat dilakukan secara terpadu dan diatasi sedini mungkin.