REPUBLIKA.CO.ID, Saat memasak makanan dalam jumlah banyak, seringkali ada banyak makanan yang tersisa dan tidak termakan. Sebagian besar orang tak jarang memilih untuk membuang makanan sisa ini dibandingkan menyimpannya untuk disantap keesokan hari.
Akibat dari pembuangan ini, di Amerika Serikat sendiri tercatat bahwa jumlah makanan sisa yang dibuang oleh masing-masing rumah tangga untuk tiap jenis makanan yang mereka santap mencapai nilai yang cukup tinggi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh American Chemistry Council, masyarakat pun tidak begitu peduli dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penumpukan makanan sisa di tempat sampah.
Mengolah makanan sisa untuk dimakan kemudian hari dapat membantu menghemat waktu untuk menyajikan makanan yang lezat. Di samping itu, mengolah kembali makanan sisa untuk disantap dapat mengurangi pemborosan akibat membuang makanan yang ternyata sudah cukup tinggi di Amerika Serikat. Padahal makanan-makanan sisa yang menumpuk dan membusuk ini dapat menimbulkan gas metana yang dapat berkontribusi terhadap efek rumah kaca.
"Jika kita melihat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari makanan sisa yang dibuang, hal tersebut setara dengan menambahkan 33 juta kendaraan penumpang di jalan setiap tahunnya," terang Peneliti senior spesialis dari Center for Sustainable System di University of Michigan Marty Heller.
Mengingat dampak yang timbul akibat makanan sisa yang dibuang, sangat disayangkan oleh ilmuwan. Pasalnya, makanan sisa yang mungkin dianggap tidak lagi mengandung banyak nutrisi ternyata tidak benar.