REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- 'Banyak minum air putih' merupakan satu saran yang seringkali diberikan kepada pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Para penderita DBD memang akan kehilangan banyak cairan tubuh, terutama jika terjadi kebocoran plasma. Akan tetapi, ternyata air putih saja tidak cukup untuk mengganti kehilangan cairan tubuh yang diderita oleh pasien DBD.
"(Penderita DBD) Perlu minum yang banyak. Tapi bisakah dengan minum air putih biasa? WHO bilang jangan air putih biasa," tegas Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSCM Leonard Nainggolan saat ditemui di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada Kamis (18/2).
Air putih biasa, Leonard mengatakan, tidak cukup untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang pada penderita DBD. Pasalnya, sel endotel di pembuluh darah pada penderita DBD akan terserang virus Dengue sehingga berpotensi membuka celah. Celah ini yang kemudian menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dari pembuluh darah.
Leonard menjelaskan, darah terdiri dari dua komponen besar. Komponen sel sebesar 45 persen dan sisanya komponen plasma 55 persen. "Sebagian besar plasma (91 persen) terdiri atas air, kemudian elektrolit, albumen hingga gula. Saat terjadi kebocoran, komponen plasma ini yang lebih gampang keluar," terang Leonard.
Oleh karena itu, penderita DBD perlu mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma tersebut dengan cairan yang memiliki komposisi hampir serupa dengan plasma, mengandung glukosa hingga elektrolit. Beberapa jenis minuman yang djsarankan WHO untuk dikonsumsi penderita DBD di antaranya ialah susu, jus buah, hingga minuman isotonik elektrolit. Dengan begitu, meski terjadi kebocoran plasma, ada cairan pengganti yang bisa membantu tubuh menghadapi kebocoran plasma tersebut.
Sebaliknya, jika kebocoran plasma ini tidak tertangani dengan baik dan penderita DBD tidak mendapat asupan cairan yang cukup dan sesuai, darah di dalam pembuluh darah akan menjadi pekat. Kepekatan darah dapat menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat. Akibatnya supply oksigen hingga makanan ke berbagai jaringan tubuh terganggu.
Jika kondisi kepekatan darah ini terus berlanjut dan tidak tertangani dengan baik, Leonard mengatakan penderita DBD dapat mengalami syok. Memasuki fase syok akan menjadi sangat berbahaya bagi penderita DBD. Pasalnya, meski tertangani dengan baik, penderita DBD yang mengalami syok memiliki kemungkinan sembuh dan meninggal dengan rasio 50:50.
"Jadi syok ini yang sebenarnya menyebabkan (penderita DBD) meninggal, bukan karena pendarahan. Pendarahan hebat biasanya juga didahului dengan syok dulu," ujar Leonard.