Jumat 08 Apr 2016 09:42 WIB

Jumlah Penyandang Autisme Terus Meningkat

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
Autisme. Ilustrasi
Foto: timeanddate.com
Autisme. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Jumlah penyandang autisme di dunia semakin meningkat sejak 1980. Dokter spesialis anak sekaligus konsultan di Klinik Intervensi Dini Applied Behavior Analysis (KIDABA), dr Rudy Sutady mengatakan, peningkatan jumlah tersebut bukan karena teknik diagnosa kian baik, melainkan jumlah penyandang autis di dunia semakin banyak.

Penyandang autis di dunia dulu hanya ditemukan 4-5 atau 15-20 orang per 10 ribu kelahiran. Pada 2010, angkanya meningkat menjadi delapan orang per seribu kelahiran, kemudian menjadi satu orang per 125 kelahiran pada 2012. Beberapa wilayah di Amerika Serikat dan Inggris bahkan ditemukan satu orang penyandang autisme per 68 kelahiran.

"Data terakhir di Indonesia (2010), diperkirakan sekitar 2,5 juta penyandang autisme per 200 juta penduduk. Ada penambahan setidaknya 500 pasien baru per tahun," kata Rudy kepada Republika.co.id. (Empat Gejala Anak Terindikasi Autisme).

Autisme adalah gangguan perkembangan neurobiologis berat yang terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku autis biasanya terlihat pada tiga tahun pertama usia anak dan akan terus berlanjut selama hidupnya jika tak diintervensi.

Autisme dapat terjadi pada anak siapa saja tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, budaya, dan etnis. Penyebabnya multifaktor dan pada dasarnya genetik yang dipengaruhi faktor lingkungan, seperti infeksi di dalam kandungan akibat rubella, sitomegalovirus, candida, dan paparan bahan kimia seperti pewarna, pengawet makanan, zat aditif, logam berat, juga vaksin. (Anak Penyandang Autis Sebaiknya Masuk Sekolah Reguler).

Indikatornya anak penyandang autis dikatakan sembuh adalah bisa masuk ke sekolah umum, hidup mandiri di masyarakat dan tidak berbeda dengan orang lain. Mereka juga tidak menampakkan gejala sisa, tidak bisa dibedakan dengan anak sebayanya karena perilaku autisme-nya membaik atau sudah menghilang, bahkan tidak ada yang menyangka mereka sedang berhadapan dengan mantan penyandang autisme.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement