Kamis 01 Sep 2016 08:12 WIB

Benarkah Suplemen Cokelat Tingkatkan Stamina?

Rep: Sri Handayani/ Red: Indira Rezkisari
Cokelat hitam
Foto: pixabay
Cokelat hitam

REPUBLIKA.CO.ID, Cokelat hitam dipercaya bagus untuk kesehatan. Tahun lalu, para peneliti menghubungkan antara kebiasaan mengonsumsi cokelat secara rutin dengan berkurangnya risiko penyakit jantung.

Cokelat juga mengandung senyawa yang disebut flavanol atau polifenol. Ini terbukti mampu meningkatkan kesehatan pembuluh darah dengan memperlancar aliran darah. Peneliti percaya, beberapa senyawa dalam cokelat juga dapat melawan penyakit kardiovaskular.

“Kami melihat bahwa asupan cokelat hitam berkaitan dengan peningkatan kemampuan tubuh untuk menghindari pembengkakan pembuluh darah,” ujar Direktur Prevention Research Center Universitas Yale, David Katz kepada laman NPR.

Sayangnya, cokelat umumnya diolah dengan campuran susu dan gula. Jumlah kalori di dalam cokelat olahan sering kali melebihi kebutuhan diet para konsumen. Sebuah penelitian yang dilakukan selama tiga tahun pada perempuan dewasa menunjukkan, tingkat konsumsi cokelat sejalan dengan bertambahnya berat badan.

Lalu, adakah cara untuk meningkatkan kesehatan dengan konsumsi kakao tanpa terbebani dengan kalori yang berlebihan? Mungkin saja.

Beberapa peneliti sengaja merekrut partisipan dalam studi yang akan dilakukan selama empat tahun. Mereka mencari laki-laki berusia 60 tahun ke atas, serta perempuan berumur 65 tahun ke atas.

(baca: 5 Tips Gaya Hidup untuk Perut yang Sehat)

Setengah dari partisipan akan diminta mengonsumsi kapsul yang berisi ekstrak kakao. Rasanya tidak akan sama dengan cokelat olahan. Tiap kapsul yang dikonsumsi setara dengan 1.000 kalori cokelat hitam.

Setengah partisipan yang lain akan diberi plasebo. Seluruh partisipan tidak mengetahui apakah mereka diberi kapsul yang asli atau plasebo.

“Kami akan melakukan tes untuk melihat apakah kandungan flavanol dalam kakao juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, penurunan kognitif, dan berbagai penyakit lain sejalan dengan waktu,” ujar Kepala Divisi Obat Pencegahan di Brigham and Women’s Hospital Boston, Joann Manson.

Penelitian ini dibiayai oleh Marc Inc. dan Pfizer Inc. Jika riset ini menunjukkan hasil positif, para produsen permen bisa memperluas pasar mereka untuk memproduksi kapsul suplemen.

Menurut Katz, tidak semua orang tertarik dengan ide mengubah cokelat menjadi suplemen nutrisi. Sebab, salah satu sensasi yang tak ingin dihilangkan ketika mengonsumsi cokelat adalah kenikmatan dan kelezatannya. Walaupun demikian, Katz tetap mengapresiasi penelitian tersebut.

“Jika ada kombinasi senyawa khusus yang baik untuk kesehatan, ekstraksi senyawa itu mungkin akan bermanfaat dan bisa dijadikan suplemen,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement