REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pola hidup dan faktor keturunan merupakan penyebab yang dapat menimbulkan kanker terutama usus besar pada seseorang. Besaran pengaruh keduanya berbeda, yakni 70 persen dari pola hidup dan 30 persen faktor riwayat keluarga.
Salah satu yang disinggung dalam forum edukasi media dengan tema "Kalahkan Kanker dengan Deteksi Dini Usus Besar" kali ini, yakni mi instan. Seperti diketahui, masyarakat tentu sering mendengar mengonsumsi mi instan tidak baik untuk kesehatan. Lalu bagaimana dengan kanker usus besar? Apa mi memiliki hubungan timbulnya penyakit ini?
Dokter Ibrahim Basir dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia Jakarta Raya (IKABDI Jaya) menerangkan, zat yang berbahaya pada mi sebenarnya dari MSG-nya. “Penelitian belum ada yang mengungkapkan mi instan berhubungan dengan kanker,” kata Ibrahim di Jakarta, Rabu (11/9).
Seperti halnya kebiasaan masyarakat Jepang dalam mengonsumsi mi yang tidak mengubah pola hidup sehat mereka. Menurut dia, semua itu kembali pada pola debit makanan mereka. Dengan kata lain, perlu diimbangi pula dengan sayuran, buah-buahan dan berolahraga secara teratur.
Ketua Jakarta Digestive Week 2016, Dokter Arnold Simanjuntak juga mengatakan hal serupa. Dia menegaskan, mi tidak ada hubungannya terhadap timbulnya penyakit kanker dalam tubuh. Hal terpenting otot pada usus besar bisa terus dilatih sehingga menghasilkan daya tahan kuat.
“Kita kan tahu kalau usus ada ototnya, nah itu sangat perlu dilatih dengan makanan berat misalnya. Kalau mi instan terus menerus jadi kurang bekerja ototnya,” ujar dia. Untuk itu, dia pun menyarankan, masyarakat agar tidak menjadikan mi sebagai makanan sehari-hari.