REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Menjaga asupan makanan di usia remaja perlu dilakukan. Asupan yang masuk ke dalam tubuh diperlukan untuk proses pertumbuhan. Namun, jika asupan berlebihan dan tidak terkontrol bisa jadi memicu terjadinya obesitas.
Meski salah satu penyebab obesitas adalah karena faktor genetik, menurut dr. Reisa Broto Asmoro, obesitas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor perilaku seperti pola makan yang tidak teratur, hingga depresi.
"Orang yang stress akan membutuhkan hormon endorfin untuk meningkatkan rasa senang. Untuk meningkatkan hormon ini biasanya orang stres akan cari makanan kesukaan seperti cokelat dan makan secara sembarangan," kata Reisa dalam acara Safari Ramadhan Indofood di Pondok Pesantren Putri Assyafiiyah, Jatiwaringin, Bekasi, beberapa waktu lalu.
Risiko obesitas semakin tinggi jika ditambah dengan kurangnya aktivitas olahraga. Obesitas di usia remaja dapat memicu komplikasi penyakit seperti tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, kanker hingga kerusakan tulang.
Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan akan terjadi perubahan dalam keseimbangan metabolisme tubuh. Jika diusia muda seseorang telah terkena obesitas, maka akan lebih sulit baginya untuk kembali pada keseimbangan metabolisme yang normal.
Agar terhindar dari obesitas, menjaga pola makan dan asupan gizi seimbag harus dilakukan sejak usia muda. Hindari makanan yang mengandung lemak jahat seperti daging berlemak, keju, dan makanan goreng-gorengan.
Gantilah makanan berlemak jahat tersebut dengan makanan lemak baik yang bisa ditemukan pada buah-buahan seperti alpukat ataupun dari minyak zaitun. Perbanyak asupan protein yang diperlukan untuk pertumbuhan.
Di samping itu, lakukan olahraga secara intens dan teratur 3 kali seminggu selama 30 sampai 40 menit. Sebaiknya pilih olahraga yang dapat menambah tinggi badan seperti voli dan basket dan hindari aktivitas angkat beban karena dapat memperlambat pertumbuhan tinggi badan.