Senin 21 May 2018 04:44 WIB

Belajar Bahasa atau Musik Buat Kerja Otak Lebih Efisien

Orang yang bicara lebih dari satu bahasa menggunakan otaknya lebih efisien.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Anak-anak belajar memainkan alat musik biola di Taman Suropati, Menteng, Jakarta, Ahad (15/4).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
[ilustrasi] Anak-anak belajar memainkan alat musik biola di Taman Suropati, Menteng, Jakarta, Ahad (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Apabila anda rajin menyisihkan waktu untuk belajar musik atau bahasa asing, itu artinya anda sedang melatih otak agar bekerja lebih efisien. Sebuah studi dari Baycrest's Roman Research Institute menemukan bahwa musisi atau orang yang bicara lebih dari satu bahasa menggunakan otaknya lebih efisien untuk mengingat sesuatu.

Studi yang sudah dipublikasikan di jurnal Annals of the New York Academy of Science mengungkap orang dengan latar belakang musik atau bahasa punya aktivitas jaringan otak yang berbeda. Otak mereka bekerja lebih efisien daripada orang yang tidak belajar musik atau bahasa tatkala mengerjakan tugas yang berhubungan dengan ingatan.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa musisi dan orang yang belajar bahasa membutuhkan usaha lebih sedikit untuk mengerjakan tugas yang sama. Hal ini juga membantu mereka menunda penurunan kemampuan kognitif dan demensia," kata Dr. Claude Alain, salah satu peneliti dalam studi itu dilansir dari Independent.

"Hasil studi kami juga memperlihatkan pengalaman seseorang entah itu bermain instrumen musik atau bahasa asing bisa membentuk fungsi dan jaringan otak," imbuhnya. Sejak lama, para musisi atau ahli bahasa memang menunjukkan punya daya ingat yang baik. Mereka lebih mudah mengingat nomor telepon atau daftar instruksi. Namun selama ini para ahli belum tahu mengapa hal itu bisa terjadi.

Dalam penelitian ini, ilmuwan menganalisis otak dari 41 orang dewasa berusia 19-35 tahun. Responden dibagi dalam tiga kategori yaitu mereka yang bicara bahasa Inggris tapi bukan musisi, musisi tapi hanya bicara bahasa Inggris, dan bilingual yang tidak memainkan alat musik apa pun.

Setiap citra otak partisipan ditangkap ketika mereka mengindentifikasi suara baik dari alat musik, lingkungan, ataupun manusia. Para partisipan diminta mengindentifikasi suara yang mereka dengar dari sumber yang sama di mana ada suara gaduh.

Hasilnya, para musisi mengingat tipe suara lebih cepat daripada kelompok lain. Sementara itu bilingual dan musisi menunjukkan identifikasi paling baik mengenai tugas soal lokasi. Dalam hasil mengindetifikasi suara, para bilingual memperlihatkan level sama seperti partisipan yang bicara dalam satu bahasa dan kelompok yang tidak memainkan alat musik. Namun kelompok bilingual ini menunjukkan usaha otak yang lebih sedikit daripada dua kelompok tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement