Ahad 10 Jun 2018 09:57 WIB

Fenomena Bunuh Diri Figur Publik Menurut Psikiater

Masyarakat agar segera bertindak apabila menemukan gejala hendak bunuh diri.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Kate Spade (kiri) dan Anthony Bourdain, dua figur publik yang melakukan bunuh diri.
Foto: AP
Kate Spade (kiri) dan Anthony Bourdain, dua figur publik yang melakukan bunuh diri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu belakangan, tersiar kabar tewasnya sejumlah pesohor dunia. Sebagian ditengarai tutup usia setelah mengakhiri hidupnya sendiri atau bunuh diri, memunculkan pertanyaan di benak publik mengapa hal itu bisa terjadi.

Menurut psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKJ, setiap fenomena bunuh diri selalu meninggalkan perenungan bagi kita semua. Ada rasa sedih, kecewa, marah, takut, cemas, sekaligus semangat untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi.

"Tidak ada diskriminasi pada fenomena bunuh diri, setiap orang memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri, dari berbagai suku budaya, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan," ungkap Lahargo yang sehari-harinya bertugas di RS Jiwa Dr H Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor.

Meski demikian, ada beberapa faktor risiko yang membuat perilaku bunuh diri lebih mudah terjadi. Faktor itu kompleks dan tidak ada penyebab tunggal, misalnya depresi, sakit parah, nyeri kronis, mengalami kekerasan, memiliki senjata berbahaya, atau baru keluar dari penjara.

Terekspos atau terpapar perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, atau selebritas idola juga dapat menjadi faktor risiko. Di lain pihak, banyak pula mereka yang berisiko tetapi tidak tergerak melakukan aksi bunuh diri.

Lahargo mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mendata adanya 800 ribu kasus bunuh diri setiap tahun. Artinya, ada satu orang yang melakukan bunuh diri setiap 40 detik dan paling banyak mendampak mereka yang berada pada rentang usia 15-29 tahun.

Dia mengingatkan masyarakat agar segera bertindak apabila orang di sekeliling memperlihatkan tanda dan gejala hendak bunuh diri. Secara psikologis, orang yang mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidup, tetapi berharap penderitaan atau konflik yang dialami lekas berakhir.

"Dampak yang disebabkan fenomena bunuh diri bukanlah hal yang ringan, kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, juga perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian bunuh diri," ujar Lahargo.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement