Kamis 04 Oct 2018 05:20 WIB

Menanyakan Kabar Bisa Tingkatkan Kesehatan Mental

78 persen orang yang ditanya memberi jawaban baik-baik saja.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Muhammad Hafil
Bersalaman. Ilustrasi
Foto: .
Bersalaman. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian orang mungkin mengajukan pertanyaan "Apa kabar?" atau "Bagaimana kabarmu?" hanya seperti angin lalu untuk sekedar berbasa-basi. Padahal jika dilakukan dengan benar, pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu meningkatkan kesehatan mental lawan bicara.

Survei yang melibatkan 2.000 orang di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 78 persen orang yang mendapatkan pertanyaan "Apa kabar?" akan memberi jawaban "Baik-baik saja". Jawaban ini diberikan meskipun mereka sebenarnya sedang merasakan suasana hati yang buruk, kecemasan maupun masalah kesehatan mental lain.

Para responden survei mengaku jawaban basa-basi tersebut mereka berikan karena tidak yakin jika si penanya benar-benar ingin tahu kondisi mereka. Sebagian lain memilih untuk memberi jawaban "Baik-baik saja" karena tidak ingin memberi beban bagi lawan bicara mereka.

"Kita mendengarnya berkali-kali dalam sehari, 'Apa kabarmu?, 'Baik-baik saja, bagaimana denganmu?'," ungkap Direktur Time to Change Jo Loughran seperti dilansir The Sunday Post, Kamis (4/10).

Penelitian yang dilakukan oleh Time to Change menemukan hanya sekitar 39 persen responden yang berani memberikan jawaban jujur ketika mendapat pertanyaan "Apa kabar?". Jawaban jujur ini pun baru terlontar jika mereka yakin bahwa si lawan bicara memang benar-benar ingin mendengarkan kabar mereka.

Time to Change juga menemukan bahwa sebagian besar orang merasa sulit untuk menjawab pertanyaan "Apa kabar?" dengan jawaban yang jujur. Padahal keengganan untuk menjawab pertanyaan "Apa kabar?" dengan jujur dapat menjadi pertanda bahwa seseorang sebenarnya sedang bergelut dengan kesehatan emntalnya sendiri.

"Mereka mungkin menunggu isyarat Anda untuk bisa membicarakan (masalah kesehatan mental yang mereka rasakan) itu," jelas Loughran.

Oleh karena itu, Time to Change saat ini menggalakkan kampanye kesehatan mental "Ask Twice". Melalui kampanye ini, Time to Change mengajak orang-orang untuk menanyakan kabar orang lain sebanyak dua kali.

Loughran mengatakan bertanya kabar sebanyak dua kali merupakan cara yang sederhana dan efektif untuk menunjukkan lawan bicara bahwa kita bertanya dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar basa-basi. Dengan cara ini, kita juga menunjukkan kepada lawan bicara bahwa kita siap untuk hadir sebagai pendengar bagi lawan bicara.

"Bahwa kita siap untuk mendengarkan, baik itu sekarang atau kapanpun mereka siap (untuk bercerita)," papar Loughran. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement