REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisa merasakan tidur berkualitas atau tidur nyenyak merupakan tantangan besar. Menurut Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, sepertiga masyarakat AS kekurangan jam tidur dari yang seharusnya dibutuhkan tubuh. Ini menjadi salah satu masalah serius di AS.
Dilansir melalui CNet, saat ini kekurangan tidur sering dikaitkan dengan beragam penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan depresi. Masalah kesulitan tidur memang menjadi hal penting yang harus diselesaikan. Namun banyak orang juga tidak mengetahui seberapa banyak jam tidur yang seharusnya dipenuhi bagi kesehatan.
Jumlah jam tidur yang dianjurkan bagi orang dewasa, yakni tujuh jam sehari. Namun idealnya seorang dewasa bisa memenuhi jam tidur selama delapan jam dalam satu hari. Jumlah tersebut sudah ditetapkan National Institute of Health (NIH). Meski demikian jumlah jam tidur bagi masing-masing orang bisa berbeda-beda.
Sebagian orang tidak tahu persis waktu mereka tertidur di malam hari. Kemudian, cukup sulit untuk menghitung ketepatan delapan jam sehari hanya untuk tidur. Beberapa ahli mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut. Seseorang bisa memulainya dengan memejamkan mata untuk mulai melacak jam tidurnya.
Selain merasa lelah, kurang tidur dapat berdampak besar pada kualitas hidup. Bahkan efek buruk yang diterima bisa lebih besar karena tidak mendapatkan jam istirahat yang cukup dan konsisten. Kurang tidur bisa menyebabkan rasa kantuk di siang hari. Bahkan rasa kantuk sudah dimulai sejak pukul 11.00 hingga 13.00. Padahal bila tertidur pulas di malam hari, rasa kantuk ini tidak akan muncul.
Kekurangan tidur juga akan membuat seseorang mudah lupa dan kehilangan konsentrasi. Sebagai contoh, seseorang akan mudah lupa tempat meletakkan kunci atau pergi ke luar rumah tanpa membawa dompet dan ponsel. Hasil studi juga menyimpulkan, kekurangan tidur memang berpengaruh terhadap kemampuan kognitif seseorang.
Efek kumulatif dari kurang tidur berimbas pada kenaikan berat badan. Hasil studi menyebutkan, kekurangan tidur yang kronis bisa menurunkan toleransi tubuh terhadap gula. Kurang tidur juga berakibat menimbulkan kecemasan depresi. Bahkan efek samping lainnya, yakni risiko obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung juga bisa menghantui.