Rabu 16 Oct 2024 19:04 WIB

Merasa Sedih pada Malam Hari? Mungkin Ini Penyebabnya

Banyak orang melaporkan merasa sedih pada larut malam.

Seorang wanita mengalami sedih pada malam hari (ilustrasi). Penurunan suasana hati yang tiba-tiba atau lonjakan kesedihan ini dapat menjadi tanda dari sesuatu yang disebut depresi malam hari.
Foto: Republika
Seorang wanita mengalami sedih pada malam hari (ilustrasi). Penurunan suasana hati yang tiba-tiba atau lonjakan kesedihan ini dapat menjadi tanda dari sesuatu yang disebut depresi malam hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkah Anda terjaga pada malam hari dan merasakan sedih dan putus asa? Anda mungkin dapat beristirahat sedikit lebih tenang karena setidaknya Anda tidak sendirian.

Dilansir laman Best Life pada Rabu (16/10/2024), banyak orang melaporkan merasa sedih pada larut malam. Banyak juga yang merasa tidur mereka terganggu oleh kegelisahan.

Baca Juga

Menurut sebuah artikel baru-baru ini di The New York Times, penurunan suasana hati yang tiba-tiba atau lonjakan kesedihan ini dapat menjadi tanda dari sesuatu yang biasa disebut sebagai depresi malam hari. Meskipun orang dengan depresi berat mungkin menyadari bahwa gejala mereka memburuk pada malam hari, itu tidak selalu merupakan indikator langsung dari kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis.

"Sebaliknya itu adalah rasa sedih," ujar profesor klinis psikiatri di Universitas Rutgers dan presiden terpilih American Psychiatric Association, Theresa Miskimen Rivera, kepada NYT dilansir laman Best Life pada Rabu (16/10/2024).

Salah satu penyebab paling umum dari perasaan rendah diri atau depresi malam hari disebut karena ritme sirkadian Anda menjadi tidak sinkron. Menurut Cleveland Clinic, ritme sirkadian Anda adalah jam internal 24 jam Anda, dan bertugas memberi tahu tubuh Anda kapan harus bangun dan kapan waktunya tidur.

Cahaya juga memengaruhi proses ini ketika memasuki mata Anda, tubuh Anda tahu bahwa ia dapat berhenti memproduksi melatonin (hormon yang membantu Anda tidur). NYT mencatat ketika jam tubuh dan siklus tidur-bangun Anda tidak sinkron, ini dapat memengaruhi suasana hati Anda. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa begadang atau bangun terlalu pagi dapat membuat Anda merasa lebih buruk, bahkan jika Anda tidak memiliki gangguan suasana hati yang terdiagnosis.

Menurut para ahli dari Johns Hopkins Medicine, ada hubungan dua arah antara depresi dan kurang tidur. “Depresi dan masalah tidur saling terkait erat. Orang dengan insomnia, misalnya, mungkin memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami depresi daripada orang yang tidur nyenyak. Dan di antara orang dengan depresi, 75 persen mengalami kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur,” jelas mereka.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa begadang hingga dini hari menyebabkan suasana hati yang semakin buruk, dengan satu penelitian menemukan bahwa gejala depresi mencapai titik terburuknya pada pukul 8 pagi.

Mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik dapat membantu Anda mengurangi kesedihan sebelum tidur sekaligus membantu membangun kembali ritme sirkadian. "Misalnya, mematikan perangkat elektronik sebelum tidur, mengatur waktu tidur, dan bangun yang konsisten, serta menjaga kamar tetap sejuk dan gelap dapat membantu Anda tertidur," kata profesor madya di University of Southampton di Inggris, Sarah L Chellappa.

Menurut dia, karena obat-obatan dan alkohol dapat menyebabkan gejala depresi dan mengganggu tidur, sebaiknya hentikan atau setidaknya kurangi konsumsi obat-obatan dan alkohol. Mengurangi asupan kafein dapat memberikan efek menenangkan yang sama, terutama pada sore hari.

Jika Anda masih merasa sedih pada malam hari, jangan takut untuk mencari bantuan dari dokter atau terapis. Dengan menemukan akar permasalahan, Anda dapat mengatur ulang rutinitas dan mendapatkan istirahat serta kelegaan yang Anda butuhkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement