REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau memastikan hingga kini belum ada warga Kota Batam dan kabupaten/kota lain di Kepri yang mengidap penyakit cacar monyet. Meski begitu, pemerintah tetap harus melakukan antisipasi untuk memastikan virus yang berawal di Afrika itu tidak menyebar ke Batam.
"Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada," kata Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, Selasa (14/5).
Antisipasi yang dilakukan, kata dia, dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh manusia di seluruh pelabuhan terutama yang berlokasi di Singapura. Ini mengingat Batam adalah pintu masuk terbesar di Kepri. "Yang dilakukan oleh teman-teman di pelabuhan adalah cegah tangkal," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusumarjadi menyatakan pendeteksi panas tubuh atau thermal scanner diperlukan untuk mendeteksi awal seseorang yang sakit. Dengan alat itu, maka suhu tubuh setiap warga negara Indonesia dan asing yang baru memasuki wilayah Batam akan dipindai.
Jika diketahui suhunya tinggi melebihi batas normal, maka akan langsung dievakuasi untuk penanganan lebih lanjut. Jika diduga yang bersangkutan menderita cacar monyet, maka akan langsung dibawa ke ruang isolasi di RS Badan Pengusahaan Batam atau RS Umum Daerah Embung Fatimah.
"Untuk kewaspadaan umum setiap RS yang curiga ada gejala cacar, ambil darah. Di BPLTKS bisa," kata dia. Tidak hanya itu, jika seorang penumpang kapal dicurigai mengidap cacar monyet, maka seluruh penumpang kapal harus ikut dikarantina.
"Karena penularannya melalui kontak langsung. Masa inkubasi lima sampai tujuh hari baru terlihat gejalanya," jelas Didi. Gejala cacar monyet sama dengan cacar lainnya antara lain demam dan gangguan pernafasan.
Menurut dia, yang membuat penyakit itu berbahaya adalah radang pernafasan. "Cacarnya sama, virusnya sama," ungkapnya.