REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengolah jahe merah jadi formula penghambat penyakit ginjal kronis. Pengolahan dilakukan dengan faktor risiko hipertensi.
Formula itu diberi nama Zaha. Pengembangan formula itu dilakukan Nada Hanifah dan Yusuf Farid Achmad dari Fakultas Kedokteran Hewan serta Aida Humaira dari Fakultas Farmasi.
Pengolahan dibimbing Siti Isrina Oktavia Salasia. Ide lahir lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta 2019 dan berhasil mendapatkan dana hibah pengembangan Dirjen Dikti.
Nada mengatakan, jahe merah sendiri mengandung sejumlah senyawa yang sangat berkhasiat. Seperti gingerol, shogaol, flavonoid dan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
"Aktivitas antioksidan yang tinggi dapat menghambat enzim penyebab vasokonstriksi dan menurunkan tekanan darah," kata Nada di Kantor Humas UGM, Selasa (9/7).
Selain itu, kandungan antioksidan dalam jahe merah turut menurunkan stress oksidatif yang menghambat kerusakan pada ginjal. Ekstrak jahe merah diformulasikan dengan teknologi nanoemulsi.
Tujuannya, meningkatkan solubilitas, stabilitas dan efektivitas dari ekstrak jahe merah. Pengembangan Zaha dilatarbelakangi dari keprihatinan mereka terhadap penderita penyakit ginjal kronis.
Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul secara perlahan dan bersifat menahun. Penyebab terbanyak kedua merupakan hipertensi yang berkisar 25 persen.
Sedangkan, peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal bila tidak dideteksi secara dini. Sehingga, mendapat pengobatan yang memadai.
Zaha, formula yang berasal dari jahe merah dan dapat dikembangkan menjadi obat penyakit ginjal.
Oleh karena itu, ketiganya berusaha membuat sebuah formula dari bahan alam yakni jahe merah. Utamanya, sebagai bahan untuk pengobatan penyakit tersebut.
Terlebih, Nada berpendapat, jahe merah merupakan tanaman herbal yang telah dikenal masyarakat luas. Selain itu, dikonsumsi secara turun temurun banyak keluarga.
"Hasil penelitian menunjukkan tingkat kerusakan ginjal yang terjadi pada model hewan tikus dapat dihambat serta penurunan tekanan darah yang signifikan dibandingkan kelompok perlakuan tanpa ZAHA," ujar Nada.
Ia berharap, hasil penelitian dilakukan dapat terus dikembangkan lebih lanjut. Dengan begitu, dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit ginjal kronis dengan faktor hipertensi.