REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dalam sebuah studi, diketahui bahwa banyak dokter di Amerika Serikat (AS) yang jarang merekomendasikan pemberian obat batuk dan pilek, secara khusus adalah kepada anak-anak di negara itu. Hal ini terjadi meski kekhawatiran bahwa tindakan tersebut tidak efektif, bahkan bisa menyebabkan efek samping serius dan berpotensi membuat pasien dalam kondisi fatal.
Rekomendasi untuk tidak menggunakan obat batuk dan pilek terhadap anak-anak meningkat sejak 2008, menyusul saran yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS. Saat itu, badan ini menyarankan agar obat batuk dan pilek tidak secara bebas diberikan kepada anak-anak di bawah usia dua tahun.
Setelahnya, sejumlah pihak pembuat obat-obatan menyarankan agar anak di bawah usia 4 tahun juga tidak mengkonsumsi obat batuk dan pilek. Kemudian, American Academy of Pediatrics merekomendasikan jenis obat-obatan untuk anak di bawah usia 6 tahun.
Rekomendasi-rekomendasi inilah yang mempengaruhi para dokter dalam memberikan resep. Para peneliti kemudian memeriksa data yang mewakili 3,1 miliar kunjungan dokter anak selama 14 tahun, yakni dimulai dari 2002 hingga 2015.
Dari penelitian itu terlihat penurunan jumlah resep obat batuk dan pilek yang diberikan kepada anak-anak, baik dengan menggunakan opioid dan antihistamin maupun tidak. Dibandingkan pada 2002 hingga 2008, di saat belum ada rekomendasi mengenai pemberian obat batuk dan pilek pada anak, pada 2009 hingga 2015 pemberian resep obat batuk dan pilek non-opioid turun 70 persen untuk anak di bawah 2 tahun.
Sementara, resep obat batuk dan pilek dengan opioid untuk anak-anak di bawah 6 tahun turun hingga 90 persen. “Studi kami menunjukkan bahwa dokter merespons peringatan profesional terhadap penggunaan obat batuk dan pilek pada anak-anak," kata Daniel Horton, pemimpin studi yang juga merupakan peneliti di Sekolah Kedokteran Rutgers Robert Wood Johnson di New Brunswick, New Jersey.
Meski demikian, penelitian juga mengungkapkan bahwa resep antihistamin untuk anak-anak di bawah usia 4 tahun meningkat 10 kali lipat. Sementara, untuk anak-anak berusia 4 hingga 5 tahun pemberian obat ini meningkat lima kali lipat.
“Mengingat bahwa banyak orang tua ingin perawatan, orang mungkin menebak bahwa beberapa dokter mulai merekomendasikan antihistamin lebih sering sebagai alternatif yang lebih aman daripada obat batuk dan pilek lainnya, meski hanya ada sedikit bukti bahwa ini dapat efektif mengobati pilek pada anak-anak,” jelas Horton.
Perubahan dalam rekomendasi obat batuk dan pilek untuk anak-anak di atas 2 tahun terlalu kecil untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa ini terjadi hanya karena kebetulan, seperti halnya pergeseran dalam rekomendasi untuk antihistamin pada anak-anak berusia 4 hingga 5 tahun dan remaja. Satu batasan dari studi ini dalah bahwa para peneliti tidak memiliki data apakah orang tua mengikuti rekomendasi untuk mengambil atau menghindari obat-obatan tertentu, atau apakah orang tua mungkin telah memberi anak-anak obat bebas yang tidak direkomendasikan oleh dokter.
Horton mengatakan secara umum, pilek pada anak-anak tidak perlu diobati dengan obat-obatan, dan mereka biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Ia menjelaskan bahwa anak-anak dapat dirawat dengan pemberian cairan, istirahat yang cukup. serta obat-obatan untuk mengatasi demam dan rasa sakit seperti acetaminophen atau ibuprofen. Selain itu, madu juga dapat diberikan untuk mengatasi batuk, namun ini aman untuk anak-anak di atas usia 1 tahun.
"Anak-anak harus mengunjungi dokter mereka jika setelah perawatan yang dilakukan di rumah, mereka tampak mengalami dehidrasi atau lesu, kesulitan bernafas, serta demam yang bertahan selama beberapa hari, atau jika ada masalah lainnya,” kata Horton.