Selasa 30 Jul 2019 18:51 WIB

Enam Penyebab Penyakit Paru pada Bukan Perokok (1)

Mereka yang bukan perokok juga rentan terkena penyakit paru karena berbagai sebab.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Warga menggunakan masker dengan latar belakang suasana gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (29/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga menggunakan masker dengan latar belakang suasana gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah istilah kolektif yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian kondisi paru-paru, seperti emfisema dan bronkitis kronis. PPOK dikategorikan sebagai halangan aliran udara yang tidak dapat diobati dengan inhaler.

Menurut laporan Health24, faktor risiko terbesar untuk PPOK adalah asap rokok. Tapi, tidak hanya perokok yang menderita akibat PPOK yang melemahkan. Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko PPOK non-perokok:

Faktor lingkungan

Menurut Profesor JR Joubert, seorang ahli paru dari Stellenbosch, Afrika Selatan, faktor risiko lingkungan, seperti asap dari batu bara dan kebakaran kayu dan paparan debu, asap, dan uap memainkan peran besar dalam pengembangan PPOK. Menghirup partikel-partikel berbahaya dan gas yang kronis cenderung merangsang peradangan paru-paru selama periode waktu yang lama, menghasilkan kerusakan progresif pada jaringan paru.

Penelitian yang diterbitkan oleh Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) menyebut setidaknya 15 persen dari kasus PPOK dihasilkan dari kondisi di tempat kerja di mana karyawan terpapar partikel berbahaya dan gas. Pekerja terkena debu tambang batu bara dan silika kristalin, terutama di industri pertambangan dan konstruksi. Industri lain yang terkait dengan peningkatan risiko PPOK termasuk karet, plastik dan kulit, manufaktur tekstil, dan jasa bangunan.

Apa yang dapat Anda lakukan untuk terkena penyakit paru akibat polutan udara? Pastikan ruang kerja Anda berventilasi baik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa harus ada pelindung yang memadai dari zat berbahaya. Jika Anda tahu bahwa tempat kerja Anda berbahaya, lakukan pemeriksaan rutin dan kenakan perlengkapan pelindung yang layak saat bekerja.

Perokok pasif

Paparan perokok pasif dianggap sebagai faktor risiko sejumlah penyakit pernapasan, sinusitis, dan rinitis alergi. Kesimpulan penelitian yang mencermati efek asap rokok pasif terhadap PPOK telah dipublikasikan.

Beberapa penelitian mengklaim bahwa asap rokok pasif tidak meningkatkan prevalensi PPOK. Namun, American Lung Association menyebut bahwa ada sekitar 40 ribu kematian terkait dengan perokok pasif setiap tahun dan bahwa perokok pasif dapat memperburuk masalah pernapasan.

Apa yang dapat Anda lakukan? Dorong anggota keluarga untuk berhenti merokok, jangan biarkan asap rokok di dalam ruangan tertutup, dan jangan duduk di area merokok di restoran dan bar. Jika Anda seorang perokok, ingatlah untuk tidak merokok di sekitar anggota keluarga dan teman, terutama anak-anak.

Penyakit pernapasan sebelumnya

Memiliki penyakit pernapasan seperti asma atau bronkitis selama masa kanak-kanak atau sebagai orang dewasa dapat meningkatkan risiko Anda untuk PPOK yang berhubungan dengan merokok. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lungs, PPOK terdiagnosis pada sekitar 29 persen dari populsi dengan riwayat asma. Prevalensi PPOK lebih tinggi pada orang dewasa dengan asma aktif, bahkan jika mereka bukan perokok seumur hidup.

Apa yang dapat Anda lakukan? Awasi gejala pernapasan baru jika Anda saat ini menderita asma. Jaga gejala asma Anda dan periksa secara teratur untuk pemeriksaan medis untuk menyingkirkan PPOK.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement