Kamis 22 Aug 2019 16:17 WIB

Diet Keto Cukup Enam Bulan Saja, Mengapa?

Ahli gizi menegaskan diet keto tak boleh menjadi bagian dari gaya hidup.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Reiny Dwinanda
Kombinasi telur dan alpukat merupakan salah satu makanan favorit pelaku diet keto.
Foto: Flickr
Kombinasi telur dan alpukat merupakan salah satu makanan favorit pelaku diet keto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diet keto telah membuat banyak pengikutnya bisa mengurangi bobot tubuh. Hanya saja, pola makan itu ternyata tak boleh diterapkan untuk jangka panjang.

Menurut dr Samuel Oetoro SpGK, menerapkan gaya hidup dengan pola makan rendah karbohidrat dan tinggi lemak ini tidak boleh dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Ketika seseorang menerapkannya sebagai gaya hidup lanjutan justru akan berbahaya untuk tubuh.

Baca Juga

"Keto ini buat menurunkan berat badan, bukan sebagai gaya hidup," ujar Samuel.

Diet keto, menurut Samuel, maksimal hanya boleh diterapkan enam bulan saja. Setelah itu, pola makan tersebut harus dihentikan.

Dokter Gizi di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi ini menjelaskan, diet keto hanya menghilangkan air dalam tubuh. Padahal, untuk membuat tubuh tetap langsing, pelaku diet perlu menghilangkan lemak.

Untuk itu, Samuel melarang menerapkan diet keto terlalu lama. Ia mengungkapkan cukup enam bulan untuk membuat tubuh terlihat lebih langsing. Setelah itu, coba ubah menjadi diet mediterania.

Pengubahan pola makan ini, menurut Samuel, akan membuat bobot tubuh menjadi stabil, namun kesehatan secara umum pun akan didapatkan. Bahkan, ahli gizi klinik ini menyarankan untuk lebih baik menerapkan diet mediterania ketimbang melakukan diet keto.

Memang, ketika menerapkan diet mediterania bobot tubuh tidak akan berkurang secara cepat. Namun, pola makan tersebut bisa dilakukan dengan berkelanjutan untuk mendapatkan kualitas kesehatan yang lebih baik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement