REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa seperempat anak dengan gangguan spektrum autism berusia kurang dari 8 tahun di Amerika Serikat (AS) tidak terdiagnosis. Padahal di sisi lain, kesadaran tentang autisme di masyarakat sudah mulai tumbuh.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Autism Research ini menyebutkan bahwa hal itu terutama terjadi pada orang kulit hitam dan hispanik di AS.
"Mungkin ada berbagai alasan untuk perbedaan ini, dari hambatan komunikasi atau budaya antara orang tua minoritas dan dokter hingga kecemasan tentang proses diagnostik yang rumit dan ketakutan akan stigma," kata penulis studi Walter Zahorodny, Associate Professor di Rutgers University di AS.
"Juga, banyak orang tua yang enggan mendeteksi dini karena khawatir dengan masalah perilaku atau medis, daripada perkembangan anak," ucap Zahorodny dilansir Times Now News, Ahad (12/1)
Untuk studi itu, para peneliti menganalisis catatan pendidikan dan medis dari 266 ribu anak-anak yang berusia 8 tahun pada tahun 2014. Peneliti berusaha untuk menentukan berapa banyak dari mereka yang menunjukkan gejala gangguan autis yang tidak didiagnosis secara klinis atau menerima layanan kesehatan.
Dari hampir 4.500 anak yang diidentifikasi, 25 persen dinyatakan tidak didiagnosis. Sebagian besar adalah laki-laki kulit hitam atau Hispanik dengan kemampuan mental, keterampilan sosial dan kegiatan sehari-harinya terhambat.
"Negara dapat membantu meningkatkan akses perawatan dengan mewajibkan perusahaan asuransi mengcover layanan intervensi dini ketika seorang anak ada dalam risiko, daripada menunggu diagnosis," kata Zahorodny.
Penelitian ini dilakukan melalui Autism and Developmental Disabilities Monitoring Network, sebuah program pengawasan yang didanai oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS yang melacak prevalensi gangguan perkembangan di 11 negara.