Rabu 26 Feb 2020 03:35 WIB

Anak di Bawah 11 Tahun tak Disarankan Latihan Menyundul Bola

Inggris serukan agar anak di bawah 11 tahun tak latihan menyundul bola.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Menyundul bola. Inggris serukan agar anak di bawah 11 tahun tak latihan menyundul bola.
Foto: Thoudy Badai
Menyundul bola. Inggris serukan agar anak di bawah 11 tahun tak latihan menyundul bola.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Asosiasi Sepak Bola Britania Raya belum lama ini mengeluarkan pedoman teranyar untuk para pelatih. Mereka diminta tidak melatih anak di bawah usia 11 tahun di Inggris, Skotlandia, dan Irlandia untuk menyundul bola.

Pedoman juga membatasi anak yang lebih besar untuk menyundul bola. Pada anak dengan rentang usia 11 tahun sampai 18 tahun, latihan menyundul bola tidak menjadi prioritas. Latihan tersebut secara bertahap ditambah frekuensinya saat usia 16 tahun.

Baca Juga

Aturan baru itu hanya mengatur proses latihan. Tidak ada perubahan mengenai ketentuan menyundul bola dalam pertandingan. Bagaimanapun, sebagian pihak mempertanyakan pedoman itu karena pertandingan dan aksi menyundul bola di lapangan butuh keterampilan mendasar.

Selain tiga wilayah yang sudah disebutkan, panduan tersebut belum berlaku di Wales. Meski demikian, Asosiasi Sepak Bola Wales menyatakan tengah meninjau pedoman untuk pelatih bola anak-anak yang disusun berdasarkan riset ilmiah itu.

Penelitian yang dirilis Universitas Glasgow pada Oktober 2019 mengungkap bahwa mantan pesepak bola 3,5 kali lebih mungkin meninggal dunia karena penyakit otak degeneratif. Mereka juga lima kali lebih berisiko mengidap parkinson.

Dalam riset, tidak ada bukti yang mengaitkan penyakit tersebut dengan kegiatan menyundul bola. Asosiasi Sepak Bola merilis pedoman sebagai langkah antisipasi guna mencegah berbagai risiko potensial yang mungkin terjadi.

"Pedoman yang diperbarui ini merupakan evolusi dari pedoman yang sudah ada agar pelatih dan guru olahraga mengurangi frekuensi anak dan remaja menyundul yang berulang dan tidak perlu," ujar kepala eksekutif asosiasi, Mark Bullingham.

Konsultan neuropatologi Willie Stewart yang memimpin studi Universitas Glasgow telah diminta untuk menyimak pedoman baru tersebut. Dia menganggap keputusan asosiasi sangat masuk akal guna mengurangi faktor risiko.

"Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit neurodegeneratif pada pemain sepakbola," ungkapnya, dikutip dari laman BBC.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement