Sabtu 10 Sep 2016 18:17 WIB

Kebanyakan Anak Muda Ingin Cepat Kaya Tanpa Proses

Dalam menekuni bisnis pewirausaha harus memiliki pola pikir yang sanggup membawa maju bisnisnya.
Foto: pixabay
Dalam menekuni bisnis pewirausaha harus memiliki pola pikir yang sanggup membawa maju bisnisnya.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Indonesian Entrepreneur Club (IEC) Wilayah Jawa Tengah dan DIY menilai kebanyakan anak muda memiliki pola pikir ingin cepat kaya tanpa proses. Mindset seperti itu dinilai harus diubah.

"Dari banyak kegiatan motivasi yang kami lakukan, mindset (pola pikir) anak muda kebanyakan pengen cepat kaya, namun tidak melihat proses," kata Ketua IEC Jateng-DIY Slamet Muridan di Semarang, Sabtu (10/9).

Hal itu diungkapkannya di sela seminar nasional kewirausahaan bertajuk "Jurus Jitu Sukses Muda di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN" yang digelar IEC Jateng-DIY dan Hima Ekonomi Universitas PGRI Semarang.

Memet, sapaan akrab Slamet menjelaskan mindset ingin cepat kaya semacam itu membuat banyak anak muda tergiur dengan promosi MLM (multi level marketing) yang berbentuk berbagai macam produk. "Mindset semacam ini harus diubah, sebab justru menjadi kendala. Kedua, banyak anak muda yang lebih mementingkan kebutuhan konsumtif ketimbang belajar. Ini juga menjadi kendala sukses," katanya.

Maka dari itu, IEC Jateng-DIY mengundang sekitar 1.000 pelajar dari berbagai sekolah yang ada di Semarang untuk mengikuti kegiatan seminar dan motivasi agar mereka tergugah untuk berubah. "Ya, mindset anak muda belum terbuka, mungkin karena terlalu banyak pengaruh negatif yang didapatkannya, seperti sinetron, tayangan televisi, dan sebagainya," kata mahasiswa IAIN Surakarta itu.

Seminar nasional kewirausahaan dan motivasi yang diikuti sekitar 15 sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat di Kota Semarang itu mengundang motivator termuda Syafii Efendi yang baru berusia 25 tahun.

Anak-anak muda yang hadir dalam seminar terlihat bersemangat mendengarkan uraian dari motivator kelahiran Medan, Sumatera Utara, 1991 silam itu, yang berisi ajakan, nasihat, dan motivasi untuk sukses.

Syafii menganalogikan anak "bodoh" dan "pintar" di satu sekolah yang memiliki perbedaan karakter dan sifat, seperti anak "pintar" yang terus belajar, sementara anak "bodoh" justru bersantai menghadapi ujian.

Dalam perkembangannya, kata dia, ketika mereka sudah lulus, ternyata anak 'bodoh' yang lebih sukses berwirausaha, sementara anak 'pintar' semata bekerja dengan gaji setara dengan UMR (upah minimun regional).

"Kenapa? Anak 'pintar' tidak mau berpindah (statis), sementara anak 'bodoh' cenderung nekat. Belajarnya learning by doing. Kalau ingin kaya, jangan ke dukun. Dukun kan orang pintar," katanya, disambut tawa hadirin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement