Senin 29 Jan 2018 04:37 WIB

Tips Agar tak Jadi Penggemar yang Membabi Buta

Penggemar garis keras sering tak memahami apa yang terjadi di balik layar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Pilkada (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Tahun ini, Indonesia akan memasuki tahun politik yang ditandai dengan digelarnya Pilkada. Sudah bukan rahasia lagi, saling serang dan saling ejek seringkali mewarnai ajang pesta demokrasi tersebut.

Peneliti Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia dan Laboratorium Riset Indonesia Endang Mariani mengatakan kebiasaan saling serang dan saling ejek yang dilontarkan fan garis keras ini sejatinya dapat dihindari dengan memberikan edukasi politik kepada masyarakat.

Menurut Endang, perselisihan antar kubu ini sering terjadi karena masyarakat tidak memahami sepenuhnya apa yang terjadi di balik layar politik. Padahal, selama masih dalam kancah politik, tokoh pilihan yang diidolakan bisa jadi tiba-tiba berkongsi dengan tokoh lawan politiknya di kehidupan nyata dalam urusan lain. Sebab pada kenyataannya tidak ada lawan yang abadi dalam dunia politik.

“Kenyataan ini yang seharusnya disadari oleh masyarakat,” ujar Endang kepada Republika.co.id.