REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Voice of Indonesia by Rio Silaen kembali mementaskan karya musikal berlatar budaya batak berjudul "Jangan Panggil Aku Butet!". Pementasan ini akan digelar dua kali di Usmar Ismail Concert Hall, Kuningan, Jakarta pada 25 Oktober mendatang.
Dalam keterangan tertulis yang diterima ROL, Senin (10/6), disebutkan, musikal ini akan menyuguhkan penataan musik dari Teffy Mayne dan gerakan tari oleh Elza Simanungkalit. Sementara di deretan pemain diisi Rita Matumona, Paulus Simangunsong, Rami Kinara dan salah satu stand up comedian Gita 'Bhebhita' Butar-Butar.
"Jangan Panggil Aku Butet" bercerita tentang perjuangan tiga gadis Batak yang bernamakan sama, Butet.
Butet pertama, adalah seorang Gadis yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Demi mimpi dan cita-citanya dia harus meninggalkan keluarga dan negaranya untuk sementara waktu. Namun keluarganya tidak mendukung impian dan cita-citanya itu.
Keluarganya masih berprinsip bahwa wanita sepatutnya mengerjakan hal-hal domestik, seperti tinggal di rumah, mengurus anak dan suami.
Yang kedua adalah Butet, seorang gadis yang ditinggal dan ditelantarkan orang tuanya sejak kecil. Butet yang satu ini memiliki jiwa sosial, peduli dengan lingkungan dan sekitarnya. Sama seperti Kartini dulu, dia mempunyai kecintaan terhadap anak-anak pinggiran dan peduli dengan pendidikan anak-anak bangsa.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuannya, dia memberanikan diri untuk menjadi volunteer dan mengajar sebagai Guru di daerah anak-anak buangan dipinggir kota.
Kedua Butet ini saling bersahabat. Dengan kemampuan masing-masing mereka bertekad untuk memberikan kontribusi kepada bangsa ini.
Suatu saat nanti mereka akan membuat sebuah Rumah Penampungan untuk anak-anak pinggiran atau anak-anak yang kurang beruntung. Namun karena berbagai kendala, termasuk Kerusuhan Mei 98 yang sempat terjadi di Negara ini, maka impian itu sempat pupus.
Rumah yang sempat mereka bangun, habis dihancurkan dan dirusak beserta segala isinya, anak-anak kecil itu menjadi korban penyiksaan…termasuk Butet dan beberapa teman wanita yang disiksa dan direnggut kehormatannya.
Impian untuk memajukan bangsa, keinginan mereka berkontribusi pada bangsa Indonesia akhirnya pupus. Karena bangsa yang mereka cintai telah berkhianat. Butet yang berada diluar negeri, tidak mau kembali pulang untuk membangun negeri ini. Dan Butet yang direnggut kehormatannya telah mengubur cintanya pada Bangsanya sendiri. Bangsa yang mereka berdua cintai, telah berkhianat.
Kedua Butet yang bersahabat ini, dulu pernah sempat bercakap-cakap… tentang sosok wanita Indonesia yang menjadi Pahlawan buat negera. Kartini, Fatmawati, dan sebuah nama yang disebut dalam sebuah lagu perjuangan yang sangat terkenal…Butet!
Itulah tokoh Butet yang ketiga. Butet dari karakter lagu yang hidup di jaman peperangan dulu. Yang ingin mencari tahu nasib dan keberadaan orang tuanya yang diutus perang dan tak pernah kembali.
Tekad dan kegigihannya membuatnya memutuskan untuk juga pergi berperang. Entah sebagai apa, namun mengambil bagian dari perjuangan sebuah Negara dalam meraih kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak akan dibiarkannya, hanya karena dia seorang perempuan.
Kesamaan tiga tokoh wanita Batak ini adalah keinginan untuk maju, berkembang, dan memberi kontribusi serta mengaktualisasikan diri dalam hidup sebagai bagian dari Bangsa Indonesia baik dulu maupun di era kemerdekaan ini.
Di era dimana wanita seharusnya sejajar dan setara di tempatkan dengan kaum pria. Wanita tidak hanya bisa menjadi Ibu dan istri. Namun wanita juga bisa menjadi berbagai karakter positif yang memajukan dan mempertahankan bangsa ini. Tidak hanya Kartini dan Fatmawati. Siapapun wanita Indonesia, bisa berkarya dan sepatutnyalah mendapat kesempatan untuk itu.
Untuk menyaksikan pementasan ini, penyelenggara membagi tiket dalam tiga kelas. Yakni Platinum Rp 150 ribu, Gold Rp 100 ribu, dan Silver Rp 75 ribu.
Tiket bisa dipesan melalui online di www.voiceofindonesia.co.id atau di kantor VOI jalan Cikatomas 1 no 22, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.