REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suara konser gamelan dari para pemusik Gamelan Padhang Moncar berkumandang di Gedung Parlemen Selandia Baru dalam memeriahkan HUT ke-150 Kota Wellington, Ibu Kota Negeri Kiwi itu, akhir pekan lalu.
Pemimpin Gamelan Padhang Moncar Budi S Putra dari Wellington, Selasa, menginformasikan para pemain gamelan tersebut merupakan mahasiswanya di New Zealand School of Music (NZSM) Victoria University of Wellington dan mereka tampil dua hari pada Sabtu-Ahad (25-26/7).
Budi yang sejak pertengahan 1990-an menetap di Selandia Baru menjelaskan, Gamelan Padhang Moncar selain sudah melakukan pentas keliling negeri itu di Auckland, New Plymouth, Palmerston North, Napier, Nelson, Hasting, Chrishcurch dan Dunedin.
Selain itu, juga telah melakukan tur untuk pertunjukan di sejumlah kota di Indonesia termasuk berpartisipasi pada Yogyakarta Gamelan Festival (2002, 2007 dan 2013).
Disebutkan bahwa dalam memeriahkan 150 tahun Kota Wellington, Gamelan Padhang Moncar tampil memukau para penonton dengan mempersembahkan sejumlah karya gamelan kontemporer antara lain "Asmaramurka", karya komposer muda Nanang Karbito yang juga dosen gamelan di Fakultas Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Selain itu, "Nusantara Indah" opera gamelan karya komponis tersohor Dedek Wahyudi, yang juga pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Kemeriahan merayakan ulang tahun Kota Wellington juga diisi dengan paduan suara dari anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Wellington, anggota Keluarga Masyarakat Indonesia (KAMASI) Wellington dan anggota Persatan Pelajar Indonesia (PPI) Wellington yang menyajikan tiga buah lagu Jawa seperti "Suwe Ora Jamu" karya RC Harjo Subroto, "Prahu Layar"dan "Swara Suling" karya komponis tersohor dan maestro gamelan Ki Narto Sabdo.
Ratusan penonton memadati Parlemen Selandia Baru, termasuk Duta Besar RI Jose Tavares dan Direktur New Zealand School of Music Euan Murdoch.
Budi menyebutkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Gamelan Padhang Moncar tampil di sejumlah pentas antara lain "Launching Aceh Revival Book", "Wellington Southeast Asian Night Market" dengan menampilkan pentas gamelan Jawa, Gamelan Bali dan Wayang Kulit, memeriahkan recital gamelan "Bronze Beats" yang digelar oleh NZSM, "Launching Jack's Book", "Memorial Prof. Jack Body", resepsi, dan pentas lainnya.
Ia juga menyebutkan sederet permintaan manggung sudah menanti Gamelan Padhang Moncar dan Taniwha Jaya untuk memeriahkan "Indonesia Day" dalam rangka HUT ke-70 RI di Selandia Baru pada 29 Agustus 2015, lalu pada National Puppet Festival 3 Oktober 2015 di Island Bay, Wellington, dengan menyajikan pentas wayang kulit dengan lakon "Brubuh Alengka" berbahasa Inggris dengan dalang Ki Joko Susilo.
"Penampilan Gamelan Bule - Padhang Moncar dengan akustik yang sangat bagus di gedung Parlemen Selandia Baru adalah sebuah suguhan budaya yang luar biasa indah," ujar Jennifer Shennan, istri dari mendiang etnomusikolog Dr Alan Thomas, sebagaimana disampaikan Budi.
Mendiang Alan Thomas dan mendiang Prof Jack Body semasa hidupnya tercatat sebagai dua orang yang pertama kali membawa gamelan ke Wellington. Budi berharap keberadaan Gamelan Padhang Moncar dapat memberikan pandangan positif bagi warga Selandia Baru atas keindahan dan keanekaragaman budaya Indonesia.
Selain itu, menjadi semangat warga Selandia Baru yang mencintai dan mengembangkan gamelan dan menjadi inspirasi serta mendorong generasi muda Indonesia untuk ikut melestarikan.