REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lazada, yang dikenal secara luas sebagai situs belanja online nomor satu dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, menjadikan pasar e-commerce Cina sebagai barometer pasar e-commerce Indonesia. Lazada menjadikan pasar Cina sebagai barometer karena memiliki kemiripan dengan pasar Indonesia.
''Kemiripan pasar Cina dan Indonesia terletak pada fakta bahwa pasar e-commerce di kedua negara cukup tersentralisasi,'' kata Co-CEO Lazada Indonesia, Florian Holm, dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/3).
Tidak seperti pasar e-commerce di negara-negara Barat yang memiliki karakteristik dengan kebanyakan retailer mengoperasikan e-store secara independen, di Cina kebanyakan retailer mengoperasikan lapaknya di Tmall milik Alibaba. Kini, kata Holm, e-commerce mewakili lebih dari 10 persen keseluruhan ritel di Cina.
Indonesia sendiri hanya dalam beberapa tahun telah menunjukkan situasi pasar yang serupa dengan adanya pergeseran paradigma yang ditimbulkan oleh tren e-shopping. McKinsey and Co, sebuah perusahaan riset pasar global, menyebut Indonesia merupakan salah satu pasar e-commerce yang bertumbuh paling pesat di dunia. Pada 2025, setidaknya Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan akan bertambah sekitar Rp 2.000 triliun (150 miliar dolar AS) dari sektor ekonomi digital atau e-commerce.
Walaupun Lazada menjadikan Cina sebagai barometer pasar e-commerce ideal untuk Indonesia, kata Holm, Lazada juga menyadari bahwa pasar Indonesia memiliki tantangan tersendiri dibanding dengan pasar Cina. Salah satu rintangan terbesar yang harus dihadapi adalah peningkatan edukasi terhadap para pengguna e-commerce di Indonesia.
Pada Februari 2017, Lazada telah membawa 33 seller pilihan yang bergabung dalam marketplace Lazada dari berbagai negara di Asia Tenggara ke kantor pusat Alibaba di Hangzhou, Cina, untuk mempelajari strategi terbaik terkait penjualan online. Selama kunjungan tersebut, seller Lazada berkesempatan untuk berbincang dengan para eksekutif Alibaba dan mendapatkan insights seputar e-commerce. Mereka juga mengikuti sesi pelatihan, strategi kampanye, serta perencanaan produk dari Universitas Taobao milik Alibaba.
"Kami memastikan bahwa seluruh rangkaian kunjungan mendukung seller kami untuk mendapatkan informasi dan belajar dari kesuksesan seller lain, dan juga mendapat masukan untuk membantu mereka mengembangkan bisnis mereka di masa depan," kata Florian.
Florian menambahkan pihaknya mengembangkan potensi seller dan membekali mereka dengan berbagai perangkat untuk mendukung kesuksesan mereka. Salah satunya melalui kunjungan perdana ke Hangzhou beberapa waktu lalu. ''Dengan kurang lebih 55.000 seller aktif di seluruh Asia Tenggara melalui Lazada, kami dapat memberikan kesempatan bagi para seller kami untuk menjadi sukses dan mengembangkan bisnisnya,'' katanya.