REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Yakult Singapura berhenti menyediakan sedotan untuk dua produk minumannya, Yakult dan Yakult Ace Light. Pengumuman itu disampaikan melalui akun Facebook resmi perusahaan pekan lalu.
Sebelum ini, minuman probiotik tersebut dijual dengan pelengkap sedotan. Perusahaan menginformasikan, konsumen dianjurkan meminum Yakult langsung dari botol setelah membuka tutup foil-nya.
Keputusan tersebut berlaku mulai akhir Desember 2018 hingga seterusnya. Pada unggahannya, Yakult Singapura mengatakan hendak berkontribusi dalam perlindungan dan pelestarian lingkungan.
Apa yang dilakukan Yakult serupa dengan sejumlah perusahaan di Singapura. KFC, Starbucks, Burger King, dan Resorts World Sentosa (RWS), termasuk perusahaan yang berkomitmen mengurangi plastik.
Juni 2018, KFC Singapura tidak lagi menyediakan tutup gelas dan sedotan plastik untuk konsumen yang makan di gerai. Aturan di 84 outlet itu mengurangi 17,8 metrik ton sampah plastik sekali pakai dalam setahun.
Bulan berikutnya, gerai kopi Starbucks menargetkan tidak lagi memakai sedotan plastik pada 2020. Keputusan itu akan diterapkan secara global di seluruh gerai Starbucks yang tersebar di banyak negara.
Berlanjut dengan Burger King yang pada Oktober berhenti menyediakan sedotan dan pengaduk plastik untuk konsumen yang makan di tempat. Aturan itu berlaku di 42 gerai di seluruh Singapura.
Tempat makan dan lima wahana atraksi yang merupakan bagian dari Resorts World Sentosa (RWS) juga tidak lagi menyediakan sedotan. Langkah itu efektif mengurangi 1,2 ton limbah sedotan plastik dalam setahun.
Sejumlah kota di dunia juga menerapkan hal sama. Pemerintah Bali yang merupakan destinasi wisata utama di Indonesia, misalnya, melarang pemakaian plastik sekali pakai seperti sedotan, tas kresek, dan kemasan makanan styrofoam, dikutip dari laman Malay Mail.