REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagai bentuk perpaduan antara budaya dan agama, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta menggelar pertunjukan ketoprak. Pertunjukan ketoprak ini berbeda dari pertunjukan biasanya, karena ini adalah ketoprak dakwah sehingga saran akan pesan-pesan religi.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Suka, Waryono mengatakan, kegiatan yang baru pertama kali digelar ini bertujuan untuk memperkenalkan cara lama dengan kemasan baru dalam rangka menyampaikan ajaran agama. "Hal ini menjadi bukti bahwa ajaran agama Islam itu dapat disampaikan melalui berbagai media. Salah satunya melalui pertunjukan ketoprak," ujar Waryono kepada Republika usai menjadi pemeran dalam acara Gelar Budaya Nusantara dengan tema Ketoprak Dakwah Sunan Kalijaga, di UIN Suka, Senin (26/2).
Ia menilai, pertunjukan ini sekaligus menegaskan bahwa ajaran Islam tak harus disampaikan dalam ungkapan-ungkapan Arab, tetapi juga dapat disampaikan dengan kemasan budaya lokal. Dengan begitu, maka pesan yang disampaikan pun dapat lebih cepat menyentuh nurani masyarakat.
Hal yang juga harus diingat adalah, Islam dapat berkembang pesat di Indonesia adalah karena tidak disampaikan dengan pedang atau bahasa Arab, namun dengan bahasa daerah, salah satunya adalah bahasa Jawa, kata dia.
Dalam pertunjukan dengan durasi sekitar satu jam itu, Waryono berperan sebagai Sunan Kalijaga. Selain itu, kegiatan yang juga didukung oleh Dompet Dhuafa (DD) itu juga melibatkanKetua Dewan Pembina sekaligus Pendiri DD, Parni Hadi.
Berdasar pantauan Republika, kegiatan ini berhasil menarik antusiasme dari civitas akademika UIN baik itu dosen maupun mahasiswa. Tema yang diangkat dalam ketoprak dakwah itu adalah praktek dakwah islami berbasis kultural melalui pentas seni budaya. Dalam pertunjukan yang juga diiringi dengan alunan gamelan itu, Parni Hadi didaulat untuk memerankan sosok Sunan Drajat.