Rabu 10 Aug 2016 00:09 WIB

Sekolah Sehari Penuh Dinilai Bisa Bertahap di Perkotaan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Nur Aini
Seorang guru saat mengajar di sekolah (ilustrasi).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Seorang guru saat mengajar di sekolah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anggota DPD RI dari Provinsi DKI Jakarta AM Fatwa mengatakan, konsep sekolah sehari penuh atau full day school yang digaungkan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy dinilai perlu dilakukan secara bertahap di wilayah perkotaan.

"Full day school ini selain untuk pembentukan karakter juga penting untuk  mengurangi gejala menyimpang anak remaja kita di luar jam sekolah," katanya, Senin, (9/8).

Menurutnya, pelaksanaan full day school bisa bertahap mulai dari perkotaan. Beban tambahan biaya harus bisa diatasi karena anggaran pendidikan minimal 20 persen.

Di tempat terpisah, orangtua siswa MTS  Khoirul Ummah, Kapuk Muara, Jakarta Utara,  Astuti mengatakan, ia sangat setuju dengan konsep full day school sebab sebagai orangtua ia harus bekerja sehingga tak bisa memantau anak selama 24 jam. Kalau anak sehari di sekolah maka guru bisa mengawasi kegiatan anak-anak.

"Daripada anak pulang sekolah jam 1 siang, kemudian nongkrong tak jelas lebih baik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Biar anak-anak tak kelayapan, nongkrong, merokok, main PS, saya sangat tak suka," ujarnya.

Justru dengan kegiatan ekstrakurikuler, kata Astuti, anak-anak akan memiliki kegiatan yang lebih baik. Selain menambah ilmu kegiatan mereka juga lebih terarah.

"Apalagi pergaulan anak sekarang makin mengerikan. Gadget di mana-mana, bahkan ada anak SD merokok, main kartu, ngomong jorok seperti preman, daripada anak jadi seperti itu lebih baik ikut full day school," ujarnya.

Orangtua, kata Astuti, tak mau generasi muda terkena rokok, apalagi narkoba. Makanya anak-anak membutuhkan kegiatan positif usai sekolah.

Sementara itu, orangtua siswa SD Tarakanita Gading Serpong, Tangerang, Toni mempertanyakan kekuatan anak-anak menjalani full day school meskipun usai kelas selesai, anak-anak hanya melakukan ekstrakurikuler yang tak banyak berpikir.

"Kalau full day school diterapkan untuk anak-anak SD sepertinya terlalu berat. Sebab anak saya usai sekolah, saya biasakan tidur siang di rumah untuk menjaga tubuhnya agar tetap fit," ujarnya.

Selain itu, kata Toni, kalau anak sekolahnya sampai sore maka waktu untuk bertemu orangtuanya akan berkurang. "Saya kira full day school hanya cocok untuk anak-anak yang ayah ibunya semuanya berkarir," ujarnya.

Kalau untuk orangtua yang ibunya di rumah, full day school dinilainya kurang cocok. Sebab hal itu akan mengurangi intensitas pertemuan anak-anak dengan ibunya.

"Namun kalau full day school diterapkan untuk anak-anak SMA saya kira tak masalah. Mereka secara fisik dan mental jauh lebih kuat," kata Toni.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement