REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Imam Nur Suharno
Ramadhan adalah bulan keberkahan (syahrun mubarak). Dalam bulan ini, Allah menurunkan berbagai rahmat, ampunan, dan kebajikan serta pembebasan dari api neraka.
Dalam sejumlah riwayat disebutkan, dengan kemuliaan Ramadhan, Allah akan membuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan membelenggu tangan-tangan setan. Selain itu, pahala ibadah puasa dan lainnya selama Ramadhan, akan digandakan hingga tujuh ratus kali lipat. Setiap amal kebajikan yang dikerjakan pada bulan Ramadhan akan bernilai ibadah. Selama ibadah itu ditunaikan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala dari-Nya.
Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam bulan Ramadhan adalah sahur. Rasul memerintahkan umat Islam untuk bersahur karena di dalamnya ada keberkahan. Dari Anas RA bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Tasahharuu, fa inna fissahuuri barakah,” (“Sahurlah kalian karena di dalam sahur itu terdapat keberkahan”). (HR Bukhari dan Muslim).
Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya, Fiqih Shiyam, Puasa Menurut Alquran dan As-Sunnah, menjelaskan, sahur ialah memakan sesuatu pada waktu malam sebelum Subuh, yakni setelah tengah malam sampai fajar.
Begitu pentingnya bersahur, Rasul SAW pernah menekankan kepada orang-orang yang hendak berpuasa agar melakukan sahur meskipun hanya dengan seteguk air atau sebutir kurma.
Rasul SAW bersabda, “Sahur, semuanya selalu mengandung berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun kalian hanya meneguk seteguk air putih. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberi rahmat terhadap orang-orang yang sahur.” (HR Ahmad).
Hal yang pasti, di balik perintah sahur tersebut terdapat rahasia keutamaannya. DR Akram Ridha dalam bukunya, Buyutana fi Ramadhan, menyebutkan, sedikitnya ada dua rahasia dalam sahur. Pertama, orang yang sahur akan menjadi kuat fisiknya dan tetap bersemangat dalam beraktivitas selama seharian.
Kedua, dengan bangun sahur berarti seseorang memiliki kesempatan untuk melaksanakan qiyamul lail (shalat Tahajud), memperbanyak istighfar, berdoa, tadarus Alquran, dan mendirikan shalat Subuh berjamaah. Selain itu, sahur juga mengandung pembeda antara puasa orang Islam dan puasa umat-umat yang lain. Hal ini ditegaskan Rasul SAW dalam hadisnya. “Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dengan puasa Ahli Kitab adalah makan pada waktu sahur.” (HR Muslim, Abu Dawud, Nasa'i, dan Tirmidzi).
Bagi orang yang bersahur, dianjurkan atau disunahkan untuk mengakhirkannya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi waktu lapar pada siang hari. Zaid bin Tsabit berkata, “Kami bersahur bersama Nabi, kemudian kami mendirikan shalat.”
Lantas Anas bertanya kepada Rasul SAW, “Berapa jarak waktu antara keduanya (sahur dan shalat Subuh)?” Ia menjawab, “Kira-kira selama membaca 50 ayat Alquran.” (HR Hakim). “Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS al-Baqarah [2]: 187). Wallahu a'lam. n
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.