REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) masih memetakan dan mendata jumlah pengungsi akibat bencana gempa bumi yang mengguncang Banten dan Jawa Barat, Selasa (23/1) kemarin. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat mengatakan, jumlah pengungsi belum pasti.
Kemensos mencatat jumlah sementara pengungsi di tiga wilayah yang terdampak gempa bumi yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi tidak memiliki pola pengungsian secara khusus. Kalaupun ada pengungsi, dia mengatakan, jumlahnya tak besar. Misalnya 10 orang dalam satu wilayah dan letaknya tersebar.
Ia menyebut kebanyakan rasa tolong menolong antarwarga masih kuat sehingga korban mengungsi di tetangga, rumah saudara, rumah keluarganya. "Jadi, Kemensos masih melakukan pemetaan (jumlah pengungsi)," katanya saat ditemui usai puncak peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-58, di Jakarta, Kamis (25/1).
Padahal, dia mengatakan, Kemensos sudah menyiapkan tenda untuk pengungsi. Saat ini, kata dia, Kemensos sedang identifikasi kebutuhan lebih lanjut dan mengaku akan membangun tenda-tenda pengungsian sesuai kondisi geografi.
Misalnya tenda baru peleton yang bisa disekat jadi empat kamar dan bisa disekat untuk keluarga. "Kami mencatat anggaran total untuk bantuan secara keseluruhan untuk tiga kabupaten sekitar Rp 243 juta," ujar Harry.
Tak hanya untuk pembenahan rumah, jumlah bantuan untuk beras sebanyak dua ton, selimut 300 lembar, matras 220 lembar, paket lauk pauk yang juga urgen sebanyak 640 paket, hingga //foodware seperti tenda gulung. Ia menegaskan bantuan yang diberikan tidak dibatasi waktu. "Kami berikan bantuan sampai tuntas. Apalagi ini masih awal tahun, stok masih lumayan," ujarnya. Untuk itu ia mendorong pemerintah daerah segera menetapkan surat keputusan (SK) darurat karena itu membantu Kemensos menyalurkan bantuan dengan cepat.