REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Kabinet Pramono Anung membenarkan jika Eddy Pratomo sempat mengajukan anggaran kepada Presiden Joko Widodo sebelum berangkat ke Amerika Serikat. Eddy adalah orang yang diklaim sebagai utusan Presiden untuk menghadiri kampanye salah satu kandidat presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di New York.
"Kebetulan ketika beliau mengajukan anggaran kepada kami, saya pada waktu itu belum menyetujui. Sehingga pasti pada saat itu dia berangkat tidak pakai anggaran negara. Pakai anggaran siapa, saya tidak tahu," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (7/9).
Pria yang akrab disapa Pram itu melanjutkan, Eddy memang pernah diutus Presiden Jokowi untuk menyelesaikan masalah garis perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia. Namun, Presiden tak pernah mengutus Eddy berangkat ke Amerika. Sehingga, ia memastikan kehadiran Eddy dalam kampanye Trump bukan mewakili negara.
"Edy Pratomo hadir sebagai pribadi, bukan sebagai utusan khusus," katanya menegaskan.
Seperti diketahui, Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon hadir dalam kampanye calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump. Ikut dalam rombongan tersebut Eddy Pratomo yang diklaim sebagai utusan presiden.
Kehadiran para wakil rakyat dalam kampanye Trump itu pun menuai kecaman publik. Setya dan Fadli dianggap telah melanggar etika sebagai seorang pimpinan DPR. Sebab, Indonesia akan dianggap telah condong pada calon tertentu. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu hubungan diplomatik Indonesia dengan Amerika.