REPUBLIKA.CO.ID, Setiap fase pertumbuhan anak membutuhkan cara mendidik dan cara mengarahkan yang berbeda. Fase bayi tidak bisa didekati dengan pola pendidikan untuk usia tiga tahun. Begitupula pola pendidikan untuk anak usai tiga tahun tidak bisa dipakai untuk anak usia sekolah.
Karena itu, ada peran-peran tertentu yang harus dimainkan orangtua dalam mendidik anaknya. Menghadapi ABG misalnya, orangtua harus bisa memposisikan dirinya sebagai teman. Jalin komunikasi layaknya kepada teman, karena anak seusia itu membutuhkan teman untuk berkomunikasi, mencari perhatian, tempat curhat, dan lainnya.
Kembangkanlah prinsip "aku bukan ancaman bagimu" dalam membina hubungan dengan anak. Ini sangat penting, karena orang itu berubah karena paham. Paham itu datang karena adanya komunikasi. Dan komunikasi itu akan baik kalau ada rasa aman. Pastikan kita selalu bertanya, apakah anak-anak itu merasa aman dengan kita? Bila mereka sudah takut, terancam, maka komunikasi antara orangtua dan anak tidak akan pernah baik.
Selain harus aman, kita harus membangun komunikasi yang suportif (menyemangati) dan bukan komunikasi yang melemahkan. Setiap anak pasti memiliki kekurangan dan pasti akan berbuat salah. Peranan kita bukan untuk menyalahkan, tapi harus menyemangati mereka agar bisa bangkit dan memperbaiki kesalahannya. Kita juga harus mengembangkan dialog yang jujur. Jangan malu mengakui kesalahan atau kekurangan diri. Jangan ragu pula untuk belajar pada anak jika mereka memiliki ilmu yang belum kita miliki. Wallahu a'lam.